"Dan sesiapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya akan dijadikan baginya jalan keluar . Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas hatinya. Dan , sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukupkan baginya. Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang di kehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu." (Surah At-Talaq 2-3)

TanpaMu ya Allah



Resah dan gelisah ku rasa
Hidup penuh pancaroba
Roda masa pantas berputar
Menduga iman di dada
Daku yang lena dan terleka
Tenggelam di lautan dunia

Kabur pandangan mataku
Pada nikmat yang menggunung
Mendustakan kurniaanMu
Tiba murkaMu menghukum
Keangkuhanku kian hancur
Lantasku jatuh dan tersungkur

TanpaMu kasih (oh kekasih)
Ku tak berdaya (ku terpedaya)
Hilang punca dan arah (pada helah dan dusta)
Hanyut alpa di arus bergelora

Kasih (oh kekasih)
Daku derita (tangisku hiba)
Lemah dalam sengsara (dan mengalir oh air mata)
Jiwa dan tubuh kepedihan
Terseksa, terhukum
Menanggung kifarah dariMu

Telah ku lalui semalam
Jalanan kelam dan suram
Lampaui batasan insan
KeagunganMu kulupakan
Rahmat dariMu kudambakan
KeampunanMu kupohonkan

Tuhan, aku tak berdaya
Tempuh segalanya
Tanpa kasihMu

Hatiku ini merindu
Sinar cintaMu Yang Agung
Pasrah merayu redhaMu
Ampuni dosa-dosaku
Rahmat dariMu ku dambakan
KeampunanMu ku pohonkan

Lyric by - Inteam - TanpaMu.

Larangan Menyerupai Laki-Laki

Amr bin Abdul Mun'im


Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan.
    "Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat orang laki-laki yang bersikap seperti wanita dan wanita seperti laki-laki".
Sedangkan dalam riwayat yang lain disebutkan.
    "Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat orang laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki". (Hadits Riwayat Bukhari)
Hadist di atas menunjukkan kepada kita larangan bagi laki-laki untuk menyerupai wanita, baik itu dengan cara melembutkan suara maupun dengan menirukan gerakan, pakaian, perhiasan, dan lain sebagainya dari karakter kewanitaan. Dan menunjukkan larangan bagi wanita untuk menyerupai laki-laki, baik itu dengan cara mengkasarkan suaranya maupun dengan cara meniru gerakan dan pakaian mereka.

Musuh-musuh Islam telah berusaha menggunakan cara yang sangat buruk untuk merusak Islam dan menghancurkan akidah yang bersemayam dalam diri para pemeluknya dengan cara menyebarluaskan pakaian-pakaian wanita yang menyerupai pakaian laki-laki, misalnya celana, kemeja, jaket dan bahkan sepatu. Padahal mereka semua mengetahui bahwa Islam melarang wanita menyerupai laki-laki. Penyerupaan wanita seperti orang laki-laki merupakan awal dari cara perusakan agama Islam dalam diri wanita Muslimah.

Mengapa wanita dilarang melakukan itu ??

Karena mereka mempunyai kedudukan sebagai isteri, saudara dan sekaligus ibu rumah tangga.

Tidak diragukan lagi, sebagai seorang istri, wanita akan memberikan pengaruh terhadap suaminya, saudara dan putera-puterinya. Apabila wanita itu baik, maka akan memberikan pengaruh positif, dan apabila rusak maka akan memberikan pengaruh negatif. Wanita merupakan tiang umat, apabila dia baik maka seluruh umat akan baik dan sebaliknya apabila rusak maka akan rusak pula seluruh umat.

Sedangkan alasan penyerupaan itu, karena penyerupaan wanita seperti orang laki-laki merupakan tindakan yang keluar dari fitrahnya sebagai wanita yang telah diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla. Penyerupaan ini termasuk dosa besar, karena adanya laknat bagi pelakunya.

Yang paling selamat bagi setiap wanita Muslimah adalah memelihara fitrah yang telah diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala baginya, tidak menyerupai laki-laki dalam segala hal, meski dalam hal memakai sandal sekalipun.

Dari Ibnu Abi Malikah, dia berkata : Dikatakan kepada Aisyah Radhiyallahu Anha, "Ada seorang wanita yang memakai sandal". Maka Aisyah berkata. "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki". (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (4099) melalui Ibnu Juraij, dari Abu Abi Malikah)

Sumber : http://www.assunnah.or.id/artikel/annisaa/7menyerupai.php

Cintaku 100%

Mari kita renungkan suasana persekitaran kita pada hari ini. Pelbagai karenah manusia dapat kita saksikan. Atas kepelbagaian karenah ini maka timbullah juga kepelbagaian gejala yang kurang sihat bahkan banyak yang bertentangan dengan syariat Islam. Bermaharajalelanya pelbagai masalah ini sudah menjadi suatu aktiviti rutin persekitaran kita. Bahkan ada segolongan menganggap perkara ini suatu yang bersifat 'harus' dilakukan atau dengan kata lain seri persekitaran ini akan hilang tanpa adanya perkara sedemikian. Amatlah ditakuti sekiranya pemikiran-pemikran sebegini terus berleluasa sehingga suatu masa nanti ada yang bakal mengatakan ianya tidak bertentangan dengan Islam. Apa yang paling menyedihkan dan menduka-citakan lagi kebanyakkan 'pelakon-pelakon' ini terdiri dari kalangan yang mengaku diri mereka 'muslim'.

Apa yang cuba diketengahkan dalam tulisan ini ialah sebahagian daripada kerosakan yang terdapat dalam alam persekitaran kita dan khususnya ruang di mana kita berada pada hari ini. Samada suka atau tidak, apa yang dapat kita saksikan pada hari ini, remaja sudah tergiur dek keenakkan hidangan dunia sehingga tidak sedar ianya membahayakan. Salah satu permasalahan yang sering kita temui dan sudah menjadi suatu 'trend' bagi golongan remaja ialah 'percintaan'. Telah banyak kisah yang terdengar dibalik kalimah indah ini termasuklah keributan, keresahan, kerosakan dan kebejatan masyarakat yang timbul sehingga kadang kala ada yang rela nyawanya melayang atau rela akidahnya tergadai hanya kerana kalimah nan indah ini. Apa yang jelas dan pasti fenomena percintaan ini banyak kita jumpai dalam masyarakat kita.

Persoalannya, adakah Islam mempunyai ruang kebenaran untuk 'bercinta-cintaan' mengikut konsep muktahir yang dipegang oleh masyarakat kita ? Mari kita kembali kepada fakta utama yang menimbulkan permasalahan ini. Dari kajian secara dalam dan menyeluruh(al-fikrul al-mustanir) terhadap realiti (waqi’) dapat dibuktikan bahawa pergaulan bebas adalah benih dari segala permasalahan di atas. Bagaimana pula pergaulan bebas ini boleh berlaku ?. Jawapan bagi soalan ini seratus peratus berpunca dari sistem yang kita agungkan pada hari ini iaitu sistem kapitalisme. Samada kita sedar atau tidak, kita telah lama meninggalkan nidzamul ijtima'i secara Islami yang seharusnya menjadi landasan kita dalam menguruskan kehidupan ini dan bukannya sistem yang tempang ! Mengapa pula terjadinya jalinan kasih-sayang terhadap insan lawan jantina ? Kecenderungan menyukai insan yang berlawanan jantina dengan kita adalah satu fitrah manusia yang mempunyai gharizah Al-nau' (naluri untuk mengadakan keturunan). Islam mengakui akan hal ini oleh itu Allah, Sang Pencipta yang berkuasa telah menggariskan beberapa peraturan untuk memenuhi gharizah ini.

Jalinan hubungan kasih sayang dalam konsep percintaan pada kondisi hari ini berlaku antara dua manusia lawan jenis disebabkan oleh standard (piawai) yang mereka gunakan untuk mengukur setiap perbuatan yang mereka lakukan bukan berdasarkan aqidah Islam dan konsep pergaulan yang mereka gunakan bukannya berdasar dari aqidah Islam. Oleh sebab itu, bagi mereka pendidikan seks adalah penyelesaian bagi mereka. Maka dari kajian realiti akan faktor yang mendorong kewujudan percintaan muktahir ini maka muncul pemahaman bahwa percintaan haram hukumnya. Sebagai seorang muslim, kita seharusnya mempunyai suatu standara tindak laku (miqyasul a'mal) yang jelas dalam melakukan sesuatu perbuatan yakni berdasarkan hukum syara' (Al-Quran dan Sunnah). Sebagai contoh, Rasulullah s.a.w telah bersabda:

"Janganlah sekali-kali berdua-duaan antara seorang lelaki dan seorang perempuan atau berpergian dengannya melainkan disertai muhrimnya" [Al-Hadith]

Sabda baginda lagi:-

"Sungguh aku (Rasulullah) benar-benar mengetahui beberapa umatku, datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar perbuktian (yang nampak putih) lalu Allah menjadikannya berhamburan/berkecai sia-sia. Tsauban bertanya : Ya, Rasulullah jelaskan kepada kami sifat-sifat mereka, kerana kami khuatir termasuk seperti mereka sedang kami tiada menyedarinya. Jawab Rasulullah: Mereka adalah saudaramu yang melakukan ibadah di malam hari, tapi apabila mereka bersunyi-sunyi dengan yang diharamkan oleh Allah, mereka mengganggu kehormatannya" [Al-Hadith]

Dari kedua hadith tersebut maka sudah jelas pergaulan bebas antara lawan jenis walau apapun namanya termasuk 'adik angkat' tetap haram hukumnya. Juga dari hadith-hadith lain kita dapat menyemak bahawa para sahabat pada ketika itu sangat kuat keterikatannya terhadap hukum Islam, contohnya apabila disampaikan hal seperti hadith kedua tadi para sahabat akan segera bertanya kerana mereka khuatir mereka pernah melakukan perkara yang tidak sesuai dengan Islam tanpa disedari dan apabila telah dijelaskan mereka segera meninggalkan atau melaksanakan apa yang dituntut oleh Islam. Dari sinilah dapat dilihat bahawa kayu ukur bagi tindakan mereka adalah aqidah Islam yang tulen. Tapi, masihkah wujud keadaan demikian pada hari ini ? Adakah kita menjadikan aqidah Islam sebagai kayu ukur bagi tiap tindakan kita atau kita akan melakukan sesuatu itu berdasarkan manfaat yang bakal kita perolehi.

Apa yang nyata pada zaman perkembangan teknologi ini, segolongan para remaja muslim yang seharusnya mengikatkan diri mereka dengan aturan Islam memberikan reaksi yang sebaliknya apabila disampaikan bahwa percintaan/pacaran haram. Mereka tidak bersetuju dengan apa yang disampaikan kerana mereka akan kehilangan 'manfaat' atau keindahan 'cinta' pada pandangan mereka. Kenapa ini terjadi ? Ini disebabkan oleh kedangkalan pemikiran mereka terhadap Islam dan menyebabkan remaja muslim terpesong dari jalur Islam samada disedari atau tidak kerana mereka sering beranggapan percintaan itu dibolehkan dalam Islam bahkan dianjurkan.

Telah banyak kita dengar atau terbaca akan pengertian percintaan. Maka ada dua kemungkinan pengertian mengenai pacaran:-
  • Perasaan seorang lelaki ingin mencintai perempuan atau sebaliknya.
  • Dua insan yang lawan jenis yang saling mencintai.


Perlu diingat, kita seharusnya dapat membezakan kedua-dua pengertian di atas. Pengertian yang pertama di atas yakni perasaan untuk mencintai insan lawan jenis adalah masalah yang mendasar yang mempunyai kaitan erat dengan fitrah /kudrat manusia seperti yang telah dijelaskan seawal penulisan ini. Allah telah menganugerahkan manusia naluri untuk meneruskan keturunan (salah satunya-menyukai kaum berlawanan jenis) atau dikenali dengan gharizah Al-Nau'. Ini merupakan salah satu naluri manusia dari yang tiga iaitu gharizah Al-baqa' (naluri untuk meneruskan kehidupan/mempertahankan), gharizah Al-Tadayyun (naluri untuk menyembah/beragama) dan gharizah Al-Nau'. Jadi adanya perasaan itu sememangnya sudah fitrah manusia dan perkara ini wajar dan tidak haram di sisi Islam. Firman Allah:

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia berupa kecintaan pada apa yang diingini, yakni wanita…" [Ali-Imran: 14]

Persoalan berhubung bagaimana untuk meneruskan perasaan cinta itu adalah hak Islam(Allah) untuk mengaturnya. Sedangkan pengertian yang kedua pula berkaitan dengan pengungkapan dan perasaan cinta itu dengan berdua-duaan, saling berboncengan, saling berpandangan kemudian melangkah setapak lagi dengan berpegangan tangan dan yang paling kronis lagi berani berciuman dan sanggup menyerahkan ‘segalanya’ demi cinta mereka. Inilah yang haram menurut Islam. Islam sebagai satu sistem hidup/Ideologi/Mabda'/Deen yang lengkap telah mengatur pergaulan antara kaum yang berlainan jantina. Islam memerintahkan seorang lelaki atau perempuan agar menundukkan pandangan mereka (bukan bererti harus memalingkan muka atau tunduk) tetapi tunduk dalam erti kata menahan pandangan yang disertai syahwat, seperti firman Allah:

"Suruhlah orang-orang yang beriman menundukkan pandangannya dan memelihara kehormatannya…"[An-Nur : 31]

"Dan suruhlah wanita-wanita mukmin menundukkan pandangannya dan memelihara kehormatannya dan janganlah mempamerkan kecantikannya kecuali bahagian badan yang boleh kelihatan (muka dan telapak tangan) dan supaya menutup dadanya dengan kerudung(khimar)..."[An Nur 31]

Dua kalimat perintah di atas menjelaskan di samping untuk menahan pandangan antara lelaki dan perempuan turut diperintahkan untuk menutup aurat baik lelaki atau perempuan. Memang tidak dinafikan sehingga hari ini masih ada golongan yang beranggapan bahawa memakai jilbab(pakaian labuh) dan khimar(tudung) merupakan satu perkara yang tidak moden atau ketinggalan zaman. Padahal perlu ditegaskan bahawa seorang muslimah selamanya akan berdosa jika tidak mengenakan jilbab dan khimar yakni menutup seluruh anggota tubuh kecuali muka dan tapak tangan. Adalah silap seandainya kita beranggapan berjilbab dan khimar itu sudah memadai tetapi sekiranya berpakaian ketat atau yang menampakkan lekuk tubuhnya sehingga boleh menimbulkan syahwat bagi yang memandangnya masih dikira tidak menutup aurat. Begitu juga seorang lelaki wajib menutup auratnya yang sebatas pusat dan lutut dan tidak boleh dilihat oleh orang lain kecuali muhrimnya. Juga selamanya seorang muslim akan terus berada dalam keadaan berdosa selama dia masih berada di bawah naungan 'percintaan'. Jadi di samping kita faham mengapa percintaan itu haram kita juga harus faham bahawa menutup aurat itu wajip hukumnya. Lalu ada yang berdalih bahawa untuk memahami calon suami atau isteri kita harus banyak bergaul (pacaran). Pernyataan ini dan yang seumpamanya merupakan pernyataan yang dibuat-buat dan hanya sebagai dalih untuk mengatakan percintaan itu dibenarkan dalam Islam. Adakah hanya dengan jalan ini sahajakah kita dapat memahami peribadi seseorang ?

Seperti yang telah dinyatakan sebelum ini Islam itu suatu mabda' yang lengkap. Dalam Islam ikatan antara lelaki dan perempuan hanya ada dua iaitu pinang/tunang(khitbah) dan nikah. Jadi persoalan untuk memahami peribadi seseorang yang kita sukai itu boleh ditanyakan kepadanya(wanita) dengan niat yang benar-benar kuat untuk menikahinya. Akan tetapi wanita tetap harus disertai muhrimnya. Jadi, sekiranya alasan kerana tidak saling kenal mengenali peribadi yang disebabkan tiadanya proses percintaan akan menimbulkan salah faham atau seumpamanya, maka alasan tersebut merupakan alasan yang dicari-cari.

Meminang adalah cara Islam untuk suatu pernikahan. Menikah tidak dilakukan begitu sahaja tanpa fikir panjang, ada cara untuk mewujudkan dan meyempurnakan dengan meminang . Islam membolehkan orang yang meminang melihat yang dipinang dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Islam. Tetapi meminang itu sendiri bukanlah bererti sudah separuh rasmi sebagai suami-isteri atau sebagai lesen untuk melakukan perkara-perkara yang boleh dilakukan seperti pasangan suami-isteri atau bebas diheret ke sana- sini tanpa mengenal batas. Berhubung dengan tindakan melihat wanita yang dipinang, Rasulullah s.a.w telah bersabda kepada salah seorang sahabatnya iaitu Mughirah ibn Syu'bah:-

"Pergilah dan lihatlah dia (calon isteri) kerana itu pantas agar menjadi dasar atau pedoman bagi kalian berdua" [Sunan Ibnu Majah, juz 1 hal 599]

Kesimpulannya, tidak ada ruang atau kebenaran yang menghalalkan proses percintaan apatah lagi dengan konsep percintaan mukhtahir ini. Sekali haram yang dikatakan dalam syara' maka selamanya haram. Hukum Islam tidak akan berubah disebabkan oleh perubahan waktu dan keadaan. Banyaknya perceraian bukanlah suatu hal yang boleh menghalalkan proses percintaan itu. Ianya tetap haram. Penulisan ini diakhiri dengan suatu pertanyaan yang memerlukan jawapan ikhlas seikhlas-ikhlasnya, sudahkah kita sebagai seorang muslim yang mengaku beriman kepada Allah dan rasulNya mengikat diri kita dengan aturan Allah.?

[nota tambahan daripada penghantar]
Pasti ada yang kurang setuju atau ada pendapat lain daripada artikel diatas kan? Jelasnya, bercinta bukanlah jalan untuk mengenal kaum berlawanan kita. Bahaya sebenarnya bercinta ni, cuba bayangkan selepas anda dah serahkan segalanya pada buah hati anda, tiba-tiba sesuatu terjadi dan tiada jodoh antara kalian berdua, apa mahu buat sekarang? tidak rasa bersalahkah nanti pada bakal suami/isteri? Yes, ikutkan aliran zaman sekarang dan pada mata kita semua itu tidak menjadi hal, SALAH -- bila anda sudah memasuki alam kekeluargaan, bila anda melibatkan keluarga anda dan keluarga pihak satu lagi isu ini akan timbul. Tambahan sekarang kesedaran masyarakat tentang Islam semakin meninggi, lagilah isu ini dititikberatkan.

Berjauhan dari orang tua, dari undang-undang tidak melayakkan kita untuk menghampiri kemaksiatan (luas definisi maksiat yer..). Tugas kita disini ialah memegang amanah rakyat di tanah air, membawa pulang ilmu dan pengetahuan dan mengaplikasikan kembali di tanah air.

Mula-mula keluar beramai-ramai, kemudian berdua, kemudian bersentuhan tangan sahaja, kemudian pipi, dan seterusnya .. apa itu? halalkah perbuatan tu? kurang liberalkah kita jika kita tidak bersentuhan? ohh... bersentuhan tanpa nafsu tiada salahnya, YE KE? bukankah dari mata jatuh ke hati? dari hati mulalah tangan bergerak-gerak kan?

Jangan marah/ terasa hati dengan kenyataan diatas, sesungguhnya semua orang pernah berbuat silap, cuma yang membezakan antara kita ialah mereka yang sanggup mengaku kesilapan mereka dan kembali ke jalan yang benar. Memang susah nak berubah, tapi demi kepentingan dunia dan akhirat eloklah diusahakan. Kalau dah terjebak dengan alam percintaan tu, berbincanglah dengan pasangan anda, fikir-fikirkan perbuatan anda, betul atau salah? Belum terlambat untuk berubah -- cuba bayangkan ketika kita dalam keadaan kemaksiatan, ajal datang menjemput.... bayangkan reaksi orang tua kita bila berita itu dikhabarkan kepada mereka? tahukah betapa teriak seksa mereka yang sudah pergi dahulu menanggung akibat perbuatan kita didunia ini? (al fatihah buat mereka yang sudah pegi...) dsb.

Kita berubah yer... kita cuba perlahan-lahan -- bermula dari kurangkan berbual ditelefon, kurangkan berjumpa, kurangkan interaksi kemudian dan seterusnya. Payah memang payah, tapi kesan akhir amatlah manis, percayalah....

Sekian.


Sumber : http://uwmisa.f2o.org/viewpengisian.php?mid=210

KeredhaanMu

Ya Allah, bantulah hambaMu ini ya Allah dalam melalui liku-liku hidup.. Dengarlah rintihan hambaMu..

Ya Allah, Ya Tuhanku
HambaMu merindukan
Rahmat kasih sayangMu
Dan jua keredhaanMu
Dalam hidupku

Meskipun ku ulangi dosa noda
Yang menjanjikan azab sengsara
Namun ku sedari
KeampunanMu tidak bertepi

Ku akui diri ini
Hamba yang mungkir pada janji-janji
Jadikanlah taubat ini yang sejati
PadaMu Ilahi

Ya Allah, ampunkanlah dosa-dosaku
Ya Allah, redhakanlah kehidupanku
Moga terhapus penghijab kalbu
Antara Kau dan aku

Tuhan,
Ku zalimi diri ini
Andai Kau tak ampuni dan rahmati
Alangkah ruginya diri

Tuhan,
Jangan Kau palingkan hati ini
Setelah Kau beri hidayah
Sesungguhnya Kau Maha Pengasih

Edited By liric of Inteam

Labels

 
My Diary of Life / Catatan ku. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.