"Dan sesiapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya akan dijadikan baginya jalan keluar . Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas hatinya. Dan , sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukupkan baginya. Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang di kehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu." (Surah At-Talaq 2-3)

Hadith Maudhuk dan Palsu pasal Puasa

PUASA

1 Awal Ramadhan adalah rahmat, pertengahan keampunan dan akhir pembebasan dari neraka

Az-Zahabi menyebutkan dalam Al-Mizan dari riwayat Hisyam bin ' Ammar dari jalan Sallam bin Sawwar dari Maslamah bin Ash-Shalti dari Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :Ertinya: Awal bulan Ramadhan adalah rahmat , pertengahannya keampunan dan akhirnya ialah pembebasan dari Neraka

Hadith ini adalah Munkar

Kata Az-Zahabi : Ibnu 'Adiy berkata : Sallam ini munkar Hadithnya , demikian pula kata Al-'Uqaili . Salah satunya ialah hadith ini . ( * )

Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Ad-Dunya, Al-Khatib dan Ibn 'Asakir. Kata
Al-Albani: Hadisnya sangat dhaif.
Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 500




2 Tidur orang yang berpuasa itu adalah satu ibadat


Ad - Dailami meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w bersabda :

Ertinya: Tidur orang yang berpuasa itu adalah satu ibadat

Hadith ini Maudhu'

Penyakitnya ialah Sulaiman bin 'Amru , iaitu Abu Daud An-Nakha'i , seorang pembohong dan sangat terkenal mereka Hadith . Kata Al-Hafiz Ibnu Hajar : Lebih daripada tiga puluh orang ( ulama hadith ) mengatakan ia mereka Hadith .

Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 478

3 Manafaat melaparkan perut

Al-Ghazali menyebutkan dalam Al-Ihya' bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :

Ertinya: Barangsiapa yang melaparkan perutnya nescaya besarlah fikirannya dan cerdiklah hatinya

Kata Al-Iraqi : Hadith ini tiada asalnya

Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 479


4 Penghulu segala amalan adalah lapar

Al-Ghazali menyebutkan dalam Al-Ihya' bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :

Ertinya: Penghulu segala amalan itu ialah lapar dan kehinaan diri ialah pakaian bulu

Kata Al-'Iraqi : Hadith ini tiada asalnya .

Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 479


5 Perkhabaran-perkhabaran ghaib sepanjang di bulan Ramadhan


Ibnu - Jauzi menyebutkan dari riwayat Muhammad bin Abu Tahir Anas r.a. katanya : Rasulullah s.a.w bersabda :

Ertinya: Apabila malam pertama bulan Ramadhan berserulah Tuhan Al- Jalil akan Malik Ridhwan penjaga Syurga seraya berfirman : Persiapkan Syurgaku dan hiasilah dia untuk orang - orang yang berpuasa dari umat Ahmad , janganlah engkau menutupnya bagi mereka sehingga habis bulan mereka ( Ramadhan ). Kemudian Tuhan Al-Jalil memanggil Malaikat penjaga Neraka : Hai Malik ! Malik menjawab : Ya Tuhanku! Kemudian Allah berfirman : Tutuplah pintu - pintu Neraka Jahim dari orang - orang yang berpuasa dari umat Ahmad dan janganlah engkau membukanya untuk mereka . Kemudian menyeru Jibrail : Ya Jibrail ! Lalu Jibrail menjawab : Ya Tuhanku ! Lalu Tuhan berfirman : Turunlah engkau ke bumi dan rantaikan syaitan - syaitan yang jahat itu supaya mereka tidak merosakkan puasa umat Ahmad.

Pada tiap - tiap hari bulan Ramadhan iaitu di kala matahari naik dan di kala berbuka puasa Allah mempunyai orang - orang yang dibebaskan dari Neraka laki - laki dan wanita . Pada tiap - tiap langit Allah mempunyai seorang Malaikat yang balungnya di bawah ' Arasy Ar-Rahman manakala dua kakinya berada diperbatasan bumi ketujuh yang bawah , satu sayapnya berada di Masriq yang bertatahkan marjan , mutiara besar dan permata , dan satu sayap lagi berada di Mahgrib yang bertatahkan dengan marjan , mutiara besar dan permata , Malaikat itu berseru : Adakah orang yang bertaubat yang akan diterima taubatnya ? Adalah orang yang berdoa' yang akan diqabulkan doa'nya ? Adalah orang yang teraniaya yang akan ditolong ? Adalah orang yang memohon ampun yang akan diberikan keampunan ? Adakah orang yang meminta yang akan diberikan permintaannya ? Nabi bersabda lagi : Dan Tuhan berseru sepanjang bulan Ramadhan: Para hambaku laki-laki dan perempuan , bergembiralah, hampir - hampir akan diangkat dari kamu akan makanan - makanan ini kepada rahmat dan kemuliannku

Apabila malam Lailatul-Qadri Jibrail turun dalam satu golongan para Malaikat yang berselawat ( berdoa') ke atas tiap - tiap hamba Allah yang bangun dan yang duduk berzikir kepada Allah Azza Wa Jalla

Apabila Hari Raya Fitrah Allah membanggakan mereka kepada para Malaikatnya : Hai para Malaikatku , apakah balasan bagi buruh yang telah menunaikan kerjanya ? Para Malaikat menjawab : Ya Tuhan kami , balasannya ialah disempurnakan upahnya. Allah lalu berfirman : Hamba - hambaku yang laki - laki dan perempuan, telah menunaikan kewajipanku atas mereka, kemudian mereka keluar dengan mengangkatkan suara mereka berdoa' kepadaku. Demi kebesaran dan kemuliaanku, demi ketinggian tempatku, pasti Aku akan kabulkan doa' mereka pad hari ini. Kembalilah, sesungguhnya Aku telah memberi keampunan kepada kamu dan Aku telah gantikan kejahatan - kejahatan kamu dengan kebaikan - kebaikan , maka mereka pun kembali dengan mendapat keampunan ).

Hadith ini adalah Maudhu'

Kata Ibnul- Jauzi: Hadith ini tidak sah . Ashram yang terdapat dalam sanadnya ialah Ashram bin Hausyab. Kata Yahya : Dia adalah pembohong yang sangat jelek . Kata Ibnu Hibban : Ashram ini membuat Hadith atas orang - orang yang thiqah .

Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 503

6 Kelebihan Puasa di bulan Rejab


Abu Muhammad Al- Khallal , Ad-Dailami , Al-Ashbahani meriwayatkan dari Mansor bin Yazid Al-Asadi , dari Musa bin 'Imran , dari Anas bin Malik r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :


Ertinya: Bahawasanya di dalam Syurga ada sebuah sungai yang dipanggil Rejab , airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu , barangsiapa berpuasa sehari sahaja dari bulan Rejab nescaya Allah memberinya minum dari sungai itu.

Kata Az-Zahabi : Mansor bin Yazid tidak dikenali orangnya dan khabarnya ( Hadithnya ) adalah Batil

Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 514


7 Puasa bulan Rejab

Ibnu - Jauzi menyebutkan dari riwayat Muhammad bin Abdul - Baqi dari jalan Abu Bakr Muhammad bin Al-Hasan An Naqqasy , dari Abu Sa'id r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :

Ertinya: Rejab adalah bulan Allah , Sya'ban bulanku dan Ramdahan bulan umatku , maka barangsiapa yang berpuasa bulan Rejab dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah , maka ia wajib mendapat keridhaan dari Allah Yang Maha Agung dan menempatkan dalam Syurga Al-Firdaus yang tertinggi . Barangsiapa berpuasa dua hari dari bulan Rejab maka baginya pahala dua kali ganda , timbangan tiap - tiap ganda bagaikan bukit - bukit di dunia . Barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan Rejab maka Allah menjadikan antaranya dan Neraka sebuah parit yang panjangnya sepanjang perjalanan setahun . Barangsiapa berpuasa empat hari dari bulan Rejab maka ia akan diselamatkan dari bala , gila , kusta dan sopak , dari fitnah Al-Masih Ad - Dajjal dan dari azab kubur. Barangsiapa berpuasa enam hari dari bulan Rejab, maka ia keluar dari kuburnya dengan wajah yang lebih bersinar daripada sinar bulan pada malam purnama .

Barangsiapa berpuasa tujuh hari dari bulan Rejab , maka pintu - pintu tujuh buah Neraka ditutup baginya , tiap - tiap sehari puasa ditutup satu pintu dari pintu - pintu Neraka itu . Barangsiapa berpuasa lapan hari dari bulan Rejab, maka dibuka untuknya pintu Syurga yang lapan buah itu , tiap- tiap sehari puasa sebuah pintu dibuka .

Barangsiapa berpuasa sembilan hari dari bulan Rekab , maka ia keluar dari kuburnya sedangkan ia menyeru La Ilaha Illallah , maka wajahnya tidak datang kecuali syurgalah baginya . Barangsiapa berpuasa sepuluh hari dari bulan Rejab , maka Allah menjadikan untuknya atas tiap- tiap satu mail Shirath akan permaidani yang ia beristirahat di atasnya .

Barangsiapa berpuasa sebelas hari dari bulan Rejab , maka ia tidak akan dilihat di Akhirat nanti lebih utama daripadanya kecuali orang yang berpuasa Rejab seperti dia ataupun lebih daripadanya . Barangsiapa berpuasa dua belas hari dari bulan Rejab , maka pada hari Qiamat Allah memakaikannya dua pakaian , satu pakaian lebih baik daripada dunia dan segala isinya .

Barangsiapa berpuasa tiga belas hari dari bulan Rejab , maka dihidangkan untuknya sebuah hidangan dalam bayang - bayang ' Arasy lalu ia memakannya sedangkan orang ramai berada dalam kesusahan yang amat sangat . Barangsiapa berpuasa empat belas hari dari bulan Rejab , maka Allah memberikannya pahala yang tidak pernah dilihat oleh mata , tidak didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati .

Barangsiapa berpuasa lima belas hari dari bulan Rejab , maka Allah menempatkan dia di hari Qiamat di tempat orang - orang yang selamat , tiada lalu seorang Malaikat Muqarrabin dan tiada lalu pula seorang Nabi yang diutuskan kecuali mereka berkata : Berbahagialah engkau ! Engkau adalah di antara orang - orang yang selamat sejahtera ).


Kata Ibnu - Jauzi :Hadith ini adalah Maudhu'


Al-Kasa-i yang terdapat dalam sanadnya tidak dikenal orangnya . Manakala An-Naqqassi iaitu Abu Bakar bin Muhammad bin Al- Hasan An- Naqqassi dituduh berbohong


Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 529



8. Puasa Tiga Bulan Berturut -turut

Maksudnya:

Dari Abu Hurairah RA : Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah menyempurnakan puasa sebulan penuh selepas Ramadhan melainkan bulan Rejab dan Sya'ban.


I. Periwayat Hadith: At-Thabarani
2. Status Hadith: SANGAT LEMAH
3. Sebabnya:
Didalam sanadnya terdapat seorang perawi bemama Yusuf bin Athiyyah bin Thabit.
Kata Imam Al-Bukhari: Ia seorang yang mungkar hadithnya.
Kata Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Hajar: Ia seorang yang ditinggalkan hadithnya (matruk).
Kata Imam Abu Hatim, Imam Abu Zur' ah dan Imam Ad-Daruqutni: Ia seorang yang lemah hadithnya.
Kata Imam Ibnu Hibban: Tidak harus berhujjah dengannya.
Kata Imam Ibnu Ma'in dan Imam Abu Daud: Ia tidak memiliki sesuatu (yang soheh untuk dijadikan pegangan).


4. Keterangan:

Hadith ini tidak dapat dijadikan hujjah tentang puasa 3 bulan berturut-turut iaitu Rejab, Sya'ban dan seterusnya disambung dengan Ramadhan sebagaimana yang diamalkan oleh sebahagian umat Islam. .

Tidak thabit Nabi SAW berpuasa sebulan penuh pada bulan-bulan lain melainkan Ramadhan sahaja.Inilah amalan Nabi SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah RA, katanya:

Maksudnya:
Dan aku tidak pemah melihatnya (Nabi SAW) berpuasa sebulan penuh semenjak datang ke Madinah kecuali Ramadhan.

.Inilah petunjuk Nabi SAW yang merupakan sebaik-baik petunjuk untuk diikuti dan dicontohi. Allah SWT berfirman:

Maksudnya:
Dan apa-apa yang dibawa oleh Rasul kepada kamu maka ambil/terimalah.


5. Kesimpulan:

Nabi SAW tidak pemah berpuasa tiga bulan berturut-turut terus menerus.

Sumber: Ibrahim Mohd Raja www.al-ahkam.net






Pergerakan Jari yg sering disalah erti

Hadith tentang tahrik :


Hadits menggerakkan jari telunjuk telah diriwayatkan dari jalan sahabat Waa-il bin Hujr oleh Ahmad, Bukhari dalam Qurratul ‘Ainain bi Raf’il Yadain fish sholah, dll yang berbunyi :

“Aku (Waail bin Hujr) berkata: “Sungguh aku akan melihat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagaimana beliau sholat ….. dan beliau mengangkat jari (telunjuknya), maka akupun melihat beliau menggerak-gerakkannya sambil berdoa dengannya,….”


Kemudian hadits Waa-il bin Hujr di atas telah disahkan oleh banyak ulama, sebagian mereka terang-terangan men-sah-kannya dan sebagiannya lagi hanya dengan isyarat. Adapun mereka yang tidak terang-terangan sangat banyak sekali, bahkan penulis tidak menemukan seorangpun dari kalangan ulama salaf yang men-dhaifkannya, Wallahu A’lam.

Diantara mereka yang terang-terangan mensahkannya adalah:

1. Imam Ibnu Khuzaimah, sebagaimana disebutkan dalam kitab sifat sholat Nabi, karya Imam Al-Albany
2. Imam Ibnu Hibban, sebagaimana disebutkan dalam kitab sifat sholat Nabi, karya Imam Al-Albany
3. Imam Nawawy dalam kitab Majmu’ Syarh Muhazzab
4. Imam Ibnu Abdil Bar
5. Sebagaimana juga Imam Al-Qurthubi telah menukil penshahihan Ibnu Abdil Bar di atas dalam kitab tafsirnya
6. Ibnul Mulaqqin
7. Al-Baihaqi
8. Ibnul Qayyim
9. Syaikh Abdurrahman Al-Banna (ayahanda Hasan Al-Banna)
10. Imam Al-Albani
11. Syaikh Hamdi bin Abdul Majid As-Salafi
12. Syaikh Ali Hasan
13. Syaikh Masyhur Hasan Salman
14. Syaikh Salim Al-Hilaly
15. Syaikh Syuaib dan Abdul Qadir Al-Arnauth
16. Syaikh Hamzah Ahmad Az-Zain
17. Syaikh Muhammad Jamil Zainu
18. Syaikh Ahmad Syarif


Dari hadits di atas, kita dapat mengetahui bahwa menggerakkan jari telunjuk ketika tasyahud telah tsabit (tetap) sunnahnya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan hendaklah mereka yang mengatakan bahwa hal itu adalah perbuatan yang sia-sia yang tidak cocok untuk diamalkan dalam sholat, dan mereka yang suka mengolok-olok orang-orang yang mengamalkan itu berhenti dari perkataan dan olok-olokan mereka itu dan selanjutnya bertaubat kepada Allah. Karena pada hakikatnya mereka mengolok-olok Nabi yang mulia shallallahu alaihi wa sallam.

Sempurnakah Aurat Kita..

MUKADDIMAH


Dewasa ini kita sering didedahkan di dada akhbar tentang perilaku sumbang mahram, perlakuan seks luar tabi'e dan kes rogol yang bukan sahaja melibatkan orang luar tetapi keluarga sendiri seperti bapa rogol anak,abang rogol adik kandung dan sebagainya.


Kejadian "Haruan makan anak" adalah kes yang lumrah hingga tidak menimbulkan perasaan gerun,marah,simpati kepada masyarakat.


antara faktor terjadinya perkara di atas, adalah pengabaian kaum hawa dalam perkara-perkara yang melibatkan tentang aurat mereka. Ini ditambah dengan pengaruh asing dalam dunia fesyen yang mudah mempengaruhi kaum wanita hingga meminggirkan soal-soal agama.


Kita tidak menolak fesyen, tetapi garis panduan syarak perlu diletak di peringkat utama dalam semua keadaan. Dengan kreativiti pereka fesyen yang mempunyai roh islam, pakaian wanita seperti jubah tetap menarik yang menepati urusan agama dan bersesuaian dengan era moden dan terkini.



PENGERTIAN AURAT


Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang bererti keaiban. Manakala dalam istilah feqah pula aurat diertikan sebagai bahagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.


Di dalam islam terdapat beberapa keadaan di mana masyarakat islam dibenarkan membuka aurat dan ia hanya pada orang-orang yang tertentu. Di dalam risalah ini akan diterangkan beberapa perkara yang bersangkutan dengan aurat untuk dijadikan renungan dan tatapan bersama.


PERINTAH MENUTUP AURAT


Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat 33 yang bermaksud :


"Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah zaman dahulu, dan dirikanlah sembahyang serta berikanlah zakat, dan taatilah kamu kepada allah dan rasulnya. Sesungguhnya allah (perintah kamu dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan dari kamu wahai "Ahlu Bait", dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji).



Dari penerangan ayat di atas, jelaslah kepada kita bahawa hukum menutup aurat adalah wajib sebagaimana wajibnya perintah mengerjakan sembahyang,berzakat dan perintah-perintah yang lainnya.


Dengan menutup aurat, wanita islam mudah dikenal dan dapat mengelak dari diganggu oleh mereka yang ingin mengambil kesempatan.


Wanita yang menutup aurat akan mudah dikenali.Jika sekiranya mereka membuka aurat dengan sewenang-wenangnya, maka dengan secara tidak langsung mereka cuba merangsang lelaki untuk mengganggunya. Maka berlakulah perkara-perkara sumbang,dengan itu juga akan timbullah berbagai-bagai fitnah dari masyarakat tentang diri mereka.


Dalam hal ini allah s.w.t telah berfirman dalam surah al-ahzab ayat 59 yang bermaksud :


"Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu,anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar), cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu.Dan (ingatlah) allah adalah maha pengampun lagi maha mengasihani.


Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.


Aurat lelaki pada bila-bila masa dan apabila bersama-sama sesiapa pun adalah sama iaitu antara pusat dan lutut. Tetapi bagi wanita terdapat perbezaan dalam beberapa keadaan antaranya :


1. Aurat Ketika Sembahyang



Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.


2. Aurat Ketika Sendirian


Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.


3. Aurat Ketika Bersama Mahram


Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan lutut. Walau pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh badan yang boleh menaikkan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.


Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam menjaga kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan berlaku.



Oleh itu, pakaian yang labuh dan menutup tubuh badan dapat menutup syahwat lelaki. Pakaian yang digalakkan walaupun semasa bersama mahram adalah pakaian yang lengkap dan labuh.


Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang wanita iaitu :


1.Suami


2.Ayah,termasuk datuk belah ibu dan bapa


3.Ayah mertua


4.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan



5. Anak-anak suami


Dalam perkara ini islam mengharuskan isteri bergaul dengan anak suami kerana wanita tersebut telah dianggap dan berperanan sebagai ibu kepada anak-anak suaminya.


6. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapa


7. Anak saudara lelaki kerana mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya


8. Anak saudara dari saudara perempuan


9. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama



10. Hamba sahaya


11. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat


12. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh, wanita dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.


Al-quran dengan jelas menerangkan perkara ini dalam surah An-Nur ayat 31 yang bermaksud :


" Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka, dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya, dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka, dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka, atau bapa mertua mereka, atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan, dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya".



Imam Syafie berpendapat perhiasan yang dimaksudkan dalam ayat diatas terbahagi kepada dua makna iaitu:


1. Perhiasan yang bersifat semulajadi seperti muka,pipi,mulut,mata,bibir,hidung,kaki,betis,peha dan lain-lain anggota.


2. Perhiasan seperti pakaian,alat-alat solek,cincin,rantai leher, gelang kaki dan sebagainya.


Oleh itu, umat islam digalakkan mengawal diri agar tidak melanggar batasan-batasan yang telah digariskan oleh islam terutamanya dalam soal perhiasan dan berpakaian.


4.Aurat Ketika Di Hadapan Lelaki Bukan Mahram


Kewajipan menutup aurat dihadapan lelaki bukan mahram adalah amat penting dan perlu dilaksanakan oleh setiap wanita, bagi mengelak berlaku perkara yang tidak diingini seperti rogol dan sebagainya.



Perkara ini terjadi disebabkan memuncaknya nafsu para lelaki akibat dari penglihatan terhadap wanita yang memakai pakaian yang tidak senonoh dan mendedahkan sebahagian tubuh badan mereka.


Wanita yang bersuami pula, dengan terlaksanakan kewajipan ini, akan dapat membantu suami, yang mana dosa seorang isteri yang membuka aurat akan ditanggung oleh suami.


Oleh itu, wanita-wanita perlulah memahami batas-batas aurat ketika berhadapan dengan orang-orang yang tertentu dalam keadaan yang berbeza-beza.


5. Aurat Ketika Di Hadapan Wanita Kafir


Aurat wanita apabila berhadapan atau bergaul dengan wanita bukan islam adalah tutup keseluruhan tubuh badan kecuali muka dan tapak tangan.


Rasulullah s.a.w bersabda dalam sebuah hadis yang bermaksud : Abdullah bin Abbas ada menyatakan, Rasulullah s.a.w pernah bersabda yang maksudnya : " Tidak halal kaum wanita islam itu dilihat oleh kaum Yahudi dan Nasrani".



6. Aurat Ketika Bersama Suami


Apabila seorang isteri bersama-sama dengan suaminya di tempat yang terlindung dari pandangan orang lain, maka islam telah memberi kelonggaran dengan tiada membataskan aurat pada suaminya.


Ini bererti suami dan isteri tiada sebarang batasan aurat terhadap mereka berdua. Isteri boleh mendedahkan seluruh anggota badannya bila berhadapan dengan suaminya.


Mu'awiyah bin Haidah mengatakan : "Aku pernah bertanya : Ya rasulullah , bagaimanakah aurat kami, apakah boleh dilihat oleh orang lain?". Baginda menjawab :"Jagalah auratmu kecuali terhadap isterimu atau hamba abdi milikmu". Aku bertanya lagi :" Ya rasulullah , bagaimanakah kalau ramai orang mandi bercampur-baur di satu tempat? " Baginda menjawab : "Berusahalah seboleh mungkin agar engkau tidak melihat auratmu". Aku masih bertanya lagi: " Ya rasulullah, bagaimanakah kalau orang mandi sendirian?" Baginda menjawab : " Seharuslah ia lebih malu kepada allah daripada malu kepada orang lain". (Hadis Riwayat Imam Ahmad dan Abu Daud)



PAKAIAN DALAM ISLAM


Dalam membicarakan soal pakaian wanita, islam tidak menetapkan pakaian tertentu tetapi wanita islam perlu mengikuti garis panduan syarak seperti berikut:


i. Pakaian itu hendaklah menutup aurat


ii. Pakaian itu hendaklah longgar, tidak sempit atau ketat hingga menampakkan susuk tubuh badan.


Usamah bin Zaid pernah menceritakan bahawa rasulullah s.a.w telah menerima hadiah sejenis kain Qibtiah yang kurang tebal daripada seorang yang bernama Dahiyah Al-Albi dan rasulullah s.a.w pula menghadiahkan kain tersebut kepada beliau (Usamah bin Zaid) , untuk dibuat pakaian tetapi Usamah memberikan kepada isterinya.


Suatu hari rasulullah s.a.w bertanyakan Usamah : "Kenapa engkau tidak memakai kain Qibtiah itu?" Usamah menjawab :" Saya telah berikan kepada isteri saya". Lalu rasulullah s.a.w bersabda kepada Usamah :" Suruhlah isterimu mengalaskan kain tersebut dengan kain yang lain di bawahnya, kerana aku bimbang jika kain Qibtiah itu tidak digalas, maka akan kelihatanlah besar kecil tulang-tulang badan isterimu (bentuk tubuh badan isterimu)".



iii. Pakaian itu diperbuat daripada kain yang agak tebal, tidak nipis atau jarang yang boleh menampakkan bayangan tubuh badan.


Selain daripada itu, pakaian wanita hendaklah dibuat dari kain yang tidak terlalu licin dan lembut hingga melekat di tubuh dan membayangkan kulit pemakainya. Pakaian yang dibuat daripada kain-kain tersebut boleh mempamerkan rupa bentuk anggota badan wanita yang boleh mengghairahkan lelaki yang memandangnya.


iv. Pakaian itu tidak berbentuk hiasan yang boleh menarik perhatian orang melihatnya.


v. Pakaian itu tidak menyerupai pakaian lelaki.


Abu Hurairah r.a telah meriwayatkan bahawa rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: "Sesiapa jua wanita yang memakai minyak wangi kemudian melintasi khalayak ramai dengan tujuan dihidu bau yang dipakainya, maka dia dikira berzina".



vii. Pakaian itu tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir atau musyrik.


Dengan memakai pakaian yang menutup aurat, seseorang wanita telah menunjukkan harga diri sebenar seorang wanita dan sekaligus menghindari perbuatan tidak senonoh di kalangan para lelaki terhadap wanita.


Wanita yang menutup aurat dan berpegang teguh dengan ajaran islam akan mendapat keredhaan allah s.w.t dan lelaki akan memandang mereka dengan pebuh rasa hormat dan memberi penghormatan yang tinggi bersesuaian dengan sifat mereka yang pemalu dan bersopan santun.


Di antara tujuan berpakaian itu, ialah untuk menutupi atau melindungi bahagian-bahagian yang tertentu. Jika mereka memilih pakaian yang semakin nipis atau jarang hingga boleh dikesan atau dilihat auratnya, maka ini bererti pakaian yang dipakainya sudah tidak berfungsi lagi. Justeru itu, tutuplah aurat dan berpakaianlah mengikut akhlak yang dianjurkan oleh islam.


Terbitan : Bahagian Pengurusan Dakwah,Jabatan Agama Islam Selangor.

Himpunan Hadith Palsu yg Populer 1

Tuntutlah Ilmu hingga ke negeri China


1. Dikeluarkan oleh Ibn Abdil Barr, dari Anas r.a., bahawa Rasulullah saw
bersabda yang bermaksud:

"اطلبوا العلم ولو بالصين...."

"Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China kerana menuntut ilmu itu adalah wajib ke atas tiap-tiap orang Islam. Bahawasanya para malaikat akan menebarkan sayap-sayapnya bagi menuntut ilmu kerana redhakan ilmu yang dituntutnya."

2. Ibnu Adiy, Abu Nu'aim, al-'Uqaili, al-Baihaqi, adh-Dhia', Abu al-Qasim
al-Qusyairi, al-Khateib dan Ibnu 'Alyak an-Nisaburi meriwayatkan dari jalan Abu 'Atikah, dari Anas r.a., bahawa Rasulullah saw bersabda yang bermaksud, "Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China kerana menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam."

Hadith ini mawdu'. Penyakitnya ialah, Abu 'Atikah ini. Abu 'Atikah ialah; Tharif bin Sulaiman yang disepakati ulama' akan keda'ifannya:
a. Al-'Uqaili memandangnya sangat da'if
b. Al-Bukhari berkata: Abu 'Atikah mungkar hadithnya.
c. Kata an-Nasa'i: Ia tidak thiqah.
d. Kata Abu Hatim: Zahibul hadith.
e. As-Sulaimani menyebutnya di anatara orang yang dikenal dengan membuat hadith

Al-Imam Ahmad bin Hanbal sangat mengingkari hadith ini. Hadith ini disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya; al-Maudhu'at dan beliau berkata: Kata Ibnu Hibban: Hadith ini batil, tiada asalnya dan diakui oleh as-Sakhawi dalam kitabnya; al-Maqasid. Adapun bahagian kedua hadith, iaitu; "kerana menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam" banyak diriwayatkan dari jalan lain dan dia adalah sahih seperti yang ditegaskan oleh al-Albani dalam kitabnya; Silsilatul Ahadith Shahihati.

2. Az-Zahabi menyebutkan dalam al-Mizan dari riwayat Ibnu Karram, dari Ahmad, dari Abu Hurairah r.a., bahawa Rasulullah saw bersabda yang bermaksud, "Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China."

Hadith ini mawdu'. Penyakitnya ialah; Muhammad bin Karram dan Ahmad bin Abdullah bin Khalid al-Juwaibari:

a. Kata az-Zahabi: Al-Juwaibari adalah diantara orang yang dijadikan
perumpamaan dengan pembohongannya.
b. Kata Ibnu Hibban: Dia ialah Abu 'Ali, salah seorang dajal.
c. Kata an-Nasa'I dan ad-Daruquthi: Dia adalah pembohong.
d. Kata Ibnu 'Adiy: Al-Juwaibari membuat hadith untuk Ibnu Karram mengikut kemahuan Ibnu Karram dan Ibnu Karram mentakhrijkannya dalam kitab-kitabnya dari Ibnu Karram. Kemudian az-Zahabi menyebutkan beberapa hadith yang membuktikan kebohongan al-Juwaibari, di antaranya hadith di atas.

Dan mengikut Ibnu Karram pula az-Zahabi berkata: Muhammad bin Karram as-Sajistani adalah seorang ahli bid'ah yang saqith hadithnya. Ia banyak meriwayatkan hadith dari Ahmad Juwaibari dan Muhamaad bin Tamim as-Sa'di yang kedua-duanya pembohong:
a. Kata Ibnu Hibban: Ibnu Karram menjadikan iman itu ialah perkataan tanpa makrifat.
b. Kata Ibnu Hazmin: Ibnu Karram berkata: Iman itu ialah perkataan dengan lidah, dan jika beriktiqad kufur dengan hatinya maka dia adalah mukmin.
c. Kemudian az-Zahabi berkata: Dia ini adalah seorang munafiq sejati, pasti tempat yang paling bawah dari neraka, apakah yang memberi manfaat kepadanya dengan menamakannya sebagai seorang mukmin?
d. Kata Ibnu 'Iraq: Muhammad bin Karram as-Sajistani adalah seorang sheikh golongan Karamiah yang dengan bid'ahnya meriwayatkan hadith-hadith mawdu'.



Para sahabat ibarat bintang dilangit.

1. “Para sahabat aku adalah seperti bintang-bintang, barangsiapa dari kamu mengikut mereka, mereka akan diberikan petunjuk.”

Hadith ini maudhu’. Dikeluarkan oleh Ibn Abdil Barr dlm Jaami’ Bayaan Al-‘Ilm (2/91) dan Ibn Hazm dlm Al-Ihkaam (6/82) melalui jalur:

Sallam Ibn Sulaim berkata Al-Haarith Ibn Ghisseen meriwayatkan kpd kami dari Al-A’masy dari Abu Sufyaan dari Jabir dari Rasulullah S.A.W

Ibn `Abdil Barr berkata, “Bukti tidak dapat dicapai melalui isnad ini kerana Al-Haarith ibn Ghisseen adalah majhul (tidak diketahui).” Ibn Hazm berkata, “ Ini adalah riwayat yg lemah. Abu Sufyaan adalah lemah; Al-Harith ibn Ghisseen adalah Abu Wahb At-Thaqafi; Sallam bin Sulaim selalu meriwayat hadith palsu – ini adalah salah satu darinya tanpa sebarang syak lagi.

Sallam Ibn Sulaim atau dikenali dgn nama Sallam Ibn Sulaimaan, dia disepakati oleh ulamak jarh wa ta’dil bahawa dia adalah dha’if. Malah Ibn Khiraash berkata tentangnya, “Dia adalah pendusta.” Ibn Hibban berkata tentangnya, “Dia sering meriwayatkan hadith maudhu.”

Manakala Abu Sufyan, Dia tidaklah lemah seperti yg perkatakan oleh Ibn Hazm tetapi dia adalah tsiqah spt yg diperkatakan oleh Ibn Hajar Al-Asqalani dlm At-Taqreed dan Imam Muslim turut memuatkan riwayat darinya dlm sahihnya.

Al-Haarith Ibn Ghisseen tidak diketahui spt yg diperkatakan oleh Ibn Hazm dan Ibn Abdil Barr walaupun Ibn Hibban menyebut tentangnya dlm Kitab At-Tsiqah.

Imam Ahmad diriwayatkan berkata bahawa, “hadith ini tidak sahih.” (Al-Muntakhab, Ibn Qudamah)

Imam Sya’rani dlm Al-Mizan (1/2 berkata, “Hadith ini walaupun menjadi perbahasan di kalangan muhadditheen tentang kesahihannya, tetapi ia dianggap sahih pada pandangan orang kashf (sufi).”

2. “Petunjuk sahabat2 ku adalah seperti bintang; barangsiapa yang mengikut mereka akan diberi petunjuk yg benar.”

Maudhu’. Dikeluarkan oleh Qudaa’i melalui jalan:

Ja’far Ibn Abdul Waahid yang berkata Wahb ibn Jarir Ibn Haazim memberitahu kita dari ayahnya dari Al-A’masy dari Abu Salih dari Abu Hurairah dari Rasulullah

Ibn Al-Muhidd dan Az-Zahabi berkata tentang hadith ini, “hadith tidak sahih langsung.” Kecacatan hadith ini berada pada Ja’far di mana Imam Daraqutni berkata, “Dia selalu memalsukan hadith.” Imam Abu Zur’ah berkata, “Dia selalu meriwayatkan hadith yg tidak diketahui asal usulnya.” Az-Zahabi berkata, “Ini adalah salah satu bencana darinya.”

3. “Sesungguhnya sahabat2ku umpama bintang2. Sekiranya kamu menerima apa yg diperkatakan oleh mereka, maka kamu akan diberi petunjuk.”

Maudhu’. Ibn Abdil Barr melaporkan bahawa hadith ini mu’allaq (sanadnya tidak lengkap). Ibn Hazm berkata bahawa sanad yg lengkap diperolehi dari Abd Ibn Humaid dlm Al-Muntakhab Min Al-Musnad spt berikut:

Ahmad Ibn Yunus memberitahu aku: Abu Shihaab Al-Hannnaat meriwayatkan kpd kami dari Hamzah Al-Jazree dari Nafi’ dari Ibn Umar dari Rasulullah.

Ibn Battah turut meriwayatkannya dlm Al-Ibaanah dgn jalur rijal yg lain dari Abu Shihaab.

Ibn 'Abdul-Barr berkata, “Isnaad ini tidak sahih; tidak siapa yg menerimanya sebagai bukti yg ia diriwayatkan oleh Nafi’.”

Hamzah dlm sanad ini adalah Ibn Abi Hamzah; Daraqutni berkata tentangnya, “Dia adalah seorang matrukul hadith (ditinggalkan hadithnya). Ibn Adi berkata, “Kebanyakan riwayatnya adalah palsu.” Ibn Hibban berkata, “WalaupunDia meriwayatkan secara berseorangan riwayat palsu dari perawi yg tsiqah, tidak dibenarkan meriwayatkan darinya.” Az-Zahabi dlm Lisanul Mizan menyebut hadith2 palsu yg diriwayatkan darinya dan ini adalah salah satu darinya.

Ya Allah...

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Allah Yang menciptakan kamu (dari tiada kepada ada), dan mengadakan bagi kamu pendengaran dan penglihatan serta hati (untuk kamu bersyukur, tetapi) amatlah sedikit kamu bersyukur". (Al Mulk 23)

Ya Allah..
Jadikanlahku dari kalangan yg bersyukur,
seringkaliku melanggar perintahMu,
seringkaliku tertipu dengan duniaMu,

Ya Allah..
Tiada yg lebih bahagia,
Selain bahagianya rahmatMu keatasku,
Dari itu ya Allah,
Bimbinglahku ke jalanMu,
Seperti yg diucupkan,
Yang dibasahkan dalam lafaz solatku,
Seperti yg diucapkan berulang kali,
Tunjukkan kami jalan yg lurus,

Ya Allah,
Jangan biarkan kami tanpaMu,
Kasihanilah diriku....

Surah Al Ahzab (33:34-35)

Dan ingatlah (serta amalkanlah) apa Yang dibaca di Rumah kamu dari ayat-ayat Allah (Al-Quran) dan Hikmah pengetahuan (hadis-hadis Rasulullah). Sesungguhnya Allah Maha Halus tadbirNya, lagi Maha mendalam pengetahuanNya”. Al- Ahzab (33:34)

Sesungguhnya orang-orang lelaki Yang Islam serta orang-orang perempuan Yang Islam, dan orang-orang lelaki Yang beriman serta orang-orang perempuan Yang beriman, dan orang-orang lelaki Yang taat serta orang-orang perempuan Yang taat, dan orang-orang lelaki Yang benar serta orang-orang perempuan Yang benar, dan orang-orang lelaki Yang sabar serta orang-orang perempuan Yang sabar, dan orang-orang lelaki Yang merendah diri (kepada Allah) serta orang-orang perempuan Yang merendah diri (kepada Allah), dan orang-orang lelaki Yang bersedekah serta orang-orang perempuan Yang bersedekah, dan orang-orang lelaki Yang berpuasa serta orang-orang perempuan Yang berpuasa, dan orang-orang lelaki Yang memelihara kehormatannya serta orang-orang perempuan Yang memelihara kehormatannya, dan orang-orang lelaki Yang menyebut nama Allah banyak-banyak serta orang-orang perempuan Yang menyebut nama Allah banyak-banyak, Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala Yang besar. . Al- Ahzab (33:35)

Tunisia tetap pertahan pengharaman tudung

Penemuan yg memeranjatkan, berani sungguh melawan hukum Allah.. Apa nak jadi dunia sekarang????

Tunisia tetap pertahan pengharaman tudung


Pemakaian hijab dianggap sebagai 'pakaian puak pemisah'

TUNIS: Kerajaan Tunisia, sebuah negara Islam mengulangi larangannya mengharamkan wanita memakai hijab atau tudung atas alasan melindungi hak golongan wanita itu.

Berikutan itu ada pelajar wanita yang dibuang sekolah hanya kerana mengenakan tudung selain menjadi mangsa perbuatan diskriminasi dan gangguan hanya kerana menutup aurat.

Keputusan kerajaan itu bagaimanapun disambut kecaman kaum wanita, khususnya aktivis, badan bukan kerajaan dan pelajar yang mendakwa mereka berdepan pelbagai masalah akibat larangan berkenaan, lapor Islamonline semalam.

Pada 1981, bekas Presiden Habib Bourguiba (1956-1987) meluluskan undang-undang mengharamkan semua wanita Tunisia bertudung di semua pejabat kerajaan. Pemakaian tudung itu sebaliknya dianggap sebagai ‘pakaian puak pemisah.’

Selepas itu, pada era 1990-an, kerajaan memperketatkan lagi larangan itu dengan membabitkan semua institusi dan bangunan awam.

Namun kini, tudung kembali dipakai kebanyakan wanita muda dan pelajar di negara Afrika itu biarpun dengan penguatkuasaan larangan berkenaan.

"Tindakan membenarkan pemakaian tudung hanya boleh memperlahankan proses pembangunan negara. Buat masa ini kita berpegang kepada larangan itu," kata Hedi Mhenni, Setiausaha Agung Parti Barisan Demokratik Perlembagaan (RCD) yang juga parti pemerintah Tunisia ketika mempertahankan larangan itu kelmarin.

Beliau mengulas berikutan kekecohan mengenai larangan itu di Tunisia dibangkitkan sekarang, khususnya ketika sesi akademik baru pengajian yang bermula ketika ini.

Mhenni berkata, larangan itu harus dihormati di semua tempat awam termasuk bangunan institusi pengajian tinggi.

"Kita tidak mahu isu mengenai pemakaian tudung ini merencatkan pembangunan negara. Jika hari ini kita meluluskan peraturan membenarkan pemakaian tudung, esok lusa kita terpaksa pula menerima hak asasi wanita untuk bekerja dan mendapat pendidikan."

Sementara itu, aktivis hak asasi manusia Tunisia, peguam dan cendekiawan mengecam kempen ‘keras’ kerajaan mengenai larangan itu setiap kali bermulanya sesi baru akademik. Mereka menyifatkan larangan itu bukti jelas pencabulan hak asasi wanita negara itu.

"Cara kerajaan menangani isu hijab ini jelas bercanggah dengan syarat asas hak asasi manusia dan lebih penting, agama dan identiti diri kita sebagai seorang Muslim," kata Ziad al- Dolati, bekas pemimpin pergerakan al-Nahda Al-Dolati turut mengecam pertubuhan wanita yang dituduhnya bersikap talam dua muka dengan tidak mempraktikkan apa yang diperjuangkan apabila gagal membela pelajar wanita yang dibuang sekolah kerana bertudung. – Agensi

Sumber: Berita Harian ( 9 Okt 2006)

TAJUK: MENYINGKAP RAHSIA DI SEBALIK KEJADIAN NUR MUHAMMAD

1. Pengenalan
Banyak sekali terdapat dalam kitab-kitab tasauf, sirah dan maulid kenyataan yang menunjukkan bahawa kejadian pertama alam semesta ini adalah Nur Muhammad. Kenyataan seperti ini telah menimbulkan banyak pula fahaman-fahaman lain berhubung dengan Rasulullah s.a.w seperti Rasulullah s.a.w. tidak mempunyai bayang , tergila-gilanya perempuan-perempuan kepada ayahanda Nabi s.a.w. Ketika Nur Muhammad dikatakan memancar di dahinya sampai membawa mereka mati dan sebagainya.

Ia juga mendekatkan kepada konsep Nur Panjthan (Nabi Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) yang dikatakan berlegar-legar mengelilingi arasy sebelum kejadian alam semesta selama 50,000 tahun mengikut ajaran Syiah. Ia juga merupakan punca kesesatan golongan Barelwi yang mempercayai bahawa Nabi Muhammad bukannya seorang manusia biasa dari segi kejadian asalnya tetapi kejadiannya berbeza dari yang lain kerana ia adalah Nur yang terpancar daripada nur Allah. Untuk ini banyak sekali ayat-ayat Al-Quran ditakwilkan dengan sewenang-wenangnya dan banyak pula hadis-hadis yang sahih diketepikan atau diabaikan langsung.

Walaupun pengarang kitab-kitab sirah dan maulid dan juga pengarang-pengarang kitab-kitab tasauf itu mengemukakan riwayat tentang Nur Muhammad tetapi tidak pula mereka menyatakan sanadnya, di samping tidak diketahui langsung punca-puncanya yang boleh dipertanggungjawabkan. Kalaupun ada hanya satu hadis yang dikatakan telah dikemukakan oleh Abdul Razak dalam “Musannaf”nya, InsyaAllah akan diterangkan kemudian. Tetapi anehnya banyak lagi perincian yang tidak terdapat di dalam hadis Abdul Razak itu tentang Nur Muhammad dapat kita lihat dalam riwayat-riwayat yang dikemukakan mereka. Sebagai contohnya, dapat kita lihat pada muka surat pertama lagi daripada kitab “Madariju As-Suud” karangan Muhammad Nawawi Bantan, syarah kepada kitab Maulid Nabawi karangan Syed Jaafar yang lebih dikenali sebagai “Al Barzanji”. Kitab tersebut dibuka dengan puji-pujian kepada Allah yang telah memulakan wujud ini dengan Nur Muhammad yang meresap dalam segala perkara yang ditakdirkan Allah sebelum diciptanya langit dan bumi selama 50,000 tahun.

2. Nur Muhammad Versi Ka’bul Akhbar

Kata Ka’bul Akhbar, “Bila Allah hendak menjadikan sekelian maujudat dengan merendahkan bumi dan meninggikan langit-langit, maka Dia menggenggam satu genggaman daripada NurNya. Diapun berkata kepada segenggam NurNya itu, “Jadilah engkau Muhammad”. Maka iapun menjadi satu tiang daripada Nur yang berkilau-kilau sampai daripada hijab kegelapan lalu Nur itupun bersujud seraya berkata “Segala puji bagi Allah”. Maka Allah berfirman, “Untuk itulah Kuciptakan engkau dan Kunamakan engkau Muhammad. Daripadamulah Aku memulakan kejadian makhluk ini dan denganmulah Aku menyudahi Rasul-Rasul”. Kemudian sesungguhnya Allah membahagikan NurNya itu kepada 4 bahagian pula. Daripada bahagian pertama dijadikanNya Lauh (Luh Mahfuz), daripada yang kedua dijadikan nya Qalam. Kemudian Allah berfirma kepada Qalam, “Tulislah”. Maka menggeletarlah Qalam itu selama 1,000 tahun justeru hebatnya perintah Allah kepadanya itu. Kemudian Qalam berkata, “Apakah yang perlu kutulis? Allah berfirman, “Tulislah Laailaha illallah Muhammadun Rasulullah”. Maka Qalam itu pun menulislah apa yang diperintahkan dan setelah itu ia mengikut ilmu Allah (dengan menulis) berhubung dengan makhlukNya.

Qalam menulis, “Wahai anak-anak Adam daripada sulbinya! Sesiapa yang taat kepada Allah akan dimasukkanNya ke dalam syurga dan sesiapa yang derhaka kepada Allah akan dimasukkanNya ke dalam neraka. Wahai ummat Nuh! Sesiapa yang taat kepada Allah akan dimasukkanNya ke dalam syurga dan sesiapa yang derhaka akan dimasukkanNya ke dalam neraka. Wahai ummat Ibrahim! Sesiapa yang taat kepada Allah akan dimasukkanNya ke dalam syurga dan sesiapa yang derhaka akan dimasukkanNya ke dalam neraka. Wahai ummat Musa! Sesiapa yang taat kepada Allah akan dimasukkanNya ke dalam syurga dan sesiapa yang derhaka akan dimasukkanNya ke dalam neraka. Wahai ummat Muhammad! Sesiapa yang taat kepada Allah akan dimasukkanNya ke dalam syurga dan sesiapa yang derhaka kepada Allah…..” Qalam sudah hampir menulis akan dimasukkanNya ke dalam neraka tiba-tiba terdengar seruan daripada Tuhan Yang Maha Tinggi, “Wahai Qalam! Beradablah”. Maka pecahlah Qalam itu kerana kehebatan Allah dan tertulis noktah dengan tangan Qudrat . Kerana itulah pada kebiasaannya setiap qalam tidak menulis melainkan dalam keadaan terpecah-pecah dan berbintik-bintik dan tuhanpun berkata kepadanya, “Tulislah ummat yang berdosa dan Tuhan Yang Pengampun”.

Kemudian daripada bahagian yang ketiga daripada Nur Muhammad itu Allah menjadikan arasy. Bahagian keempat pula dibahagikan kepada empat bahagian. Yang pertama daripadanya dijadikan Akal dan yang kedua dijadikan Ma’rifat dan yang ketiga dijadikan Nur Arasy, Cahaya Penglihatan dan Cahaya Siang. Semua Nur-Nur ini adalah daripada Nur Muhammad. Oleh itu Nur Muhammad adalah makhluk yang terawal dari segala-galanya yang dijadikan Tuhan.

Sementara bahagian yang keempat daripada empat bahagian itu pula disimpan di bawah arasy sehingga Allah `Azzawajalla menjadikan Adam dan diperintahkan malaikat supaya bersujud kepadanya.

Adam dimasukkan ke dalam syurga, ketika itu malaikat berdiri di bahagian belakang Adam bersaf-saf. Mereka memandang kepada Nur Muhammad lalu berkatalah Adam, “Wahai Tuhan! Kenapakah malaikat ini berdiri di belakangku bersaf-saf?” Allah berkata, “Wahai Adam! Mereka memandang kepada Nur Kekasihku (Muhammad) penyudah sekelian Rasul yang akan Ku keluarkan daripada belakangmu.” Berkatalah Adam, “Wahai Tuhan! Letakkanlah Nur itu di sebelah hadapanku supaya malaikat mengadapku.” Maka Allahpun meletakkannya di dahinya. Pada ketika itu para malaikat pun berdiri mengadap wajah Adam lalu Adam pun berkata “Wahai Tuhan! Letakkanlah Nur ini di suatu tempat yang dapat aku melihatnya”. Maka Allahpun meletakkan Nur Muhammad itu di jari telunjuknya.

Adam melihat kepada kecantikan Nur itu, maka bertambah-tambahlah kecantikan dan serinya. Adam mendengar Nur itu bertasbih dengan tasbih yang agung. Kemudian Nur itu berpindah daripada Adam kepada Hawa. Adam melihat Nur itu pada wajah Hawa bagai matahari yang bersinar-sinar. Kemudia Hawa melahirkan Rasul yang mula-mula daripada anak Adam iaitu Syith. Maka hilanglah Nur itu daripada wajah Hawa , berpindah pulalah ia kepada Syith. Adam meminta kepada Syith agar tidak diletakkannya Nur itu melainkan pada perempuan-perempuan yang suci.

Kemudian terus berpindah-pindahlah Nur itu daripada seorang lelaki mulia kepada seorang lelaki mulia yang lain dan daripada seorang perempuan yang suci kepada seorang perempuan suci yang lain hinggalah ia sampai kepada sulbi Abdullah bin Abdul Mutalib. Kemudian Allah mengeluarkannya ke dunia lalu dijadikanNya penghulu sekelian Rasul dan penyudah sekelian Nabi, dijadikannya rahmat kepada sekelian alam dan pemimpin kepada orang-orang yang bertuah.

3. Nur Muhammad Versi Syeikh Zainal Abidin Al-Fathaani

Contoh yang kedua pula dapat kita lihat di dalam kitab – kitab seperti “Daqaa’iqu Al Akhbar Fi Zikri Al Jannati Wa An Nar” karangan Abdul Rahim bin Ahmad Al Qadhi, “Kasyfu Al Ghaibiah” sebuah kitab jawi karangan Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad Al Fathaani dan lain – lain di mana disebutkan di dalam helaian pertamanya lagi tentang kejadian Nur Muhammad itu tetapi ia jauh berbeza daripada apa yang terdapat di dalam kitab “Madariju As Su’ud” tadi , begini bunyinya ;

Bab Yang Pertama Pada Menyatakan Kejadian Ruh Agung Iaitu Nur Penghulu Kita Dan Nabi Kita Muhammad s.a.w.

Tersebut di dalam hadis bahawasanya Allah telah menjadikan satu pohon kayu yang mempunyai empat dahan . Pohon kayu itu dinamakan “Syajaratu Al Muttaqin.” Dalam sesetengah riwayat tersebut “ Syajaratu Al Yaqin “ . Kemudian Ia menjadikan Nur Muhamamd di dalam hijab daripada permata yang sangat putih seperti rupa burung merak dan diletakkan burung merak itu di atas pohon tadi, maka bertasbihlah Nur itu di atas pohon tadi selama 70,000 tahun .

Setelah itu Allah menjadikan cermin malu, diletakkan cermin itu berhadapan dengannya . Bila burung merak itu menilik dirinya di dalam cermin itu , dilihatnya rupanya sangat cantik dan sangat elok . Maka malulah ia kepada Allah Taala lalu berpeluh dan bertitiklah daripadanya enam titik peluh .

Daripada titik yang pertama Allah jadikan ruh Abu Bakr ra. Dan daripada titik yang kedua dijadikan ruh Umar ra . Daripada titik yang ketiga dijadikan ruh Utsman ra . Dan daripada titik yang keempat dijadikan ruh Ali ra . Daripada titik yang kelima dijadikan pokok bunga ros dan daripada titik yang keenam dijadikan padi.

Setelah itu bersujudlah Nur Muhammad itu sebanyak lima kali. Lima kali sujud itu merupakan fardhu yang ditentukan oleh Allah swt berupa sembahyang lima waktu ke atas Nabi Muhammad dan ke atas ummatnya.

Kemudian Allah menilik pula kepada Nur itu, maka berpeluhlah ia kerana malu kepada Allah. Daripada peluh hidungnya Allah menjadikan malaikat, daripada peluh mukanya Allah menjadikan arasy, qursi, lauh, qalam, matahari, bulan, hijab, segala bintang dan segala sesuatu yang terdapat di langit. Daripada peluh dadanya Allah menjadikan sekelian nur Rasul, sekelian ulamak, syuhada’ dan solihin. Daripada peluh belakangnya Allah menjadikan Baitul Ma’mur, Ka’bah, Baitul Maqdis dan segala tapak masjid di dunia ini.

Daripada peluh dua keningnya itu Allah menjadikan ummat Nabi Muhammad, daripada sekelian mukmin lelaki dan perempuan. Daripada peluh dua telinganya Allah menjadikan segala ruh Yahudi, Nasrani, Majusi dan seumpamanya daripada mulhid, kafir dan munafiqin. Daripada peluh dua kakinya Allah menjadikan segala bumi daripada Masyrik dan Maghrib dan segala apa yang ada di dalamnya.

Kemudian Allah berfirman kepada Nur, “Perhatikanlah di sebelah hadapanmu wahai Nur Muhammad!” Apabila ia memerhatikan tiba-tiba ia melihat di sebelah hadapan dan belakangnya dan di sebelah kanan dan kirinya nur semata-mata. Nur-nur itu adalah Abu Bakr, Umar, Usman dan Ali. Nur-nur itu kemudiannya bertasbih selama 70,000 tahun. Kemudian Allah menjadikan nur para Nabi daripada Nur Muhammad. Allah menilik kepada Nur Muhammad maka dijadikanNya daripada Nur itu ruh-ruh mereka itu yakni dijadikan ruh sekelian Nabi itu daripada peluh Nur Muhammad saw. Daripada peluh ruh-ruh para Nabi itu dijadikan ruh-ruh ummat mereka dan dijadikan ruh orang-orang mukmin dari kalangan ummat Muhammad daripada peluh Nabi Muhammad. Maka mengucaplah sekelian mereka ‘Laaila ha illallah Muhammadun Rasulullah”.

Kemudian Allah menjadikan “qandil” daripada “aqiaq” yang merah. Bahagian luarnya dapat dilihat daripada dalamnya. Kemudian Allah menjadikan rupa Muhammad itu seperti rupanya di dalam dunia ini.

Lalu diletakkan di dalam qandil itu. Maka berdirilah ia di dalam qandil itu seperti berdirinya di dalam sembahyang dan ruh-ruh para Nabi dan lain-lain mengelilingi qandil Nur Muhammad itu. Mereka semua bertasbih dan bertahlil selama 100,000 tahun.

Kemudian Allah memerintahkan supaya tiap-tiap ruh itu menilik Nur Muhammad itu. Ada di antaranya melihat kepalanya maka jadilah ia khalifah dan sultan antara sekelian makhluk, di antara mereka ada yang melihat dua matanya maka jadilah ia hafiz bagi kalam Allah . Di antara mereka ada yang melihat dua keningnya maka jadilah ia pelukis. Di antara mereka ada yang melihat dua telinganya maka jadilah ia orang yang mendengar dan patuh. Di antara mereka ada yang melihat dua pipinya maka jadilah ia orang yang berbuat baik dan berakal. Di antara mereka ada yang melihat dua bibir mulutnya maka jadilah ia pembesar-pembesar di sisi raja. Di antara mereka ada yang melihat hidungnya maka jadilah ia pujangga, doktor dan penjual wangi-wangian . Di antara mereka ada yang melihat mulutnya maka jadilah ia orang yang berkuasa. Di antara mereka ada yang melihat kakinya maka jadilah ia orang rupawan sama ada lelaki atau perempuan. Di antara mereka ada yang melihat akan lidahnya maka jadilah ia utusan raja-raja. Di antara mereka ada yang melihat halkumnya maka jadilah ia penasihat dan muazzin (tukang bang). Di antara mereka ada yang melihat janggutnya maka jadilah ia orang yang berjuang “fi sabilillah.”

Di antara mereka ada orang yang melihat tengkoknya maka jadilah ia saudagar. Di antara mereka ada yang melihat dua lengannya maka jadilah ia orang yang pandai bermain kuda dan pedang. Di antara mereka ada yang melihat lengan kanannya maka jadilah ia tukang berbekam. Di antara mereka ada yang melihat lengan kirinya maka jadilah ia orang yang jahil. Di antara mereka ada yang melihat tapak tangan kanannya maka jadilah ia penjual emas dan perak dan tukang sukat. Di antara mereka ada yang melihat tangan kirinya maka jadilah ia orang yang pandai menyukat. Di antara mereka ada yang melihat dua tangannya maka jadilah ia orang yang pemurah dan terpuji. Di antara mereka ada yang melihat belakang tapak tangannya yang kiri maka jadilah ia orang yang bakhil. Di antara mereka ada yang melihat belakang tapak tangannya yang kanan maka jadilah tukang masak. Di antara mereka ada yang melihat ruas-ruas anak jari yang kiri maka jadilah ia juru tulis. Di antara mereka ada yang melihat anak-anak jari yang kiri maka jadilah ia tukang jahit. Di antara mereka ada yang melihat segala anak-anak jari yang kiri maka jadilah ia tukang besi. Di antara mereka ada yang melihat dadanya maka jadilah ia orang yang `alim, mulia dan mujtahid. Di antara mereka ada yang melihat belakangnya maka jadilah ia orang yang tawadhu’ dan taat mengikut syara’. Di antara mereka ada yang melihat dua lambungnya maka jadilah ia orang yang berperang fi sabilillah. Di antara mereka ada yang melihat perutnya maka jadilah ia orang yang bersifat qana’ah dan zahid. Di antara mereka ada yang melihat dua lututnya maka jadilah ia orang yang ruku’ dan orang yang sujud. Di antara mereka ada yang melihat dua kakinya maka jadilah ia orang yang pandai berburu. Di antara mereka ada yang melihat dua tapak kakinya maka jadilah ia orang yang berjalan. Di antara mereka ada yang melihat bayang-bayangnya maka jadilah ia penyanyi dan pemain gendang.

Di antara mereka ada yang tiada melihat sesuatu daripadanya maka jadilah ia Yahudi dan Nasrani atau kafir dan musyrik atau Majusi. Di antara mereka ada yang tiada langsung melihatnya maka jadilah ia orang yang mendakwa ketuhanan seperti Fir’aun dan lainnya daripada orang kafir”.

4. Makhluk yang mula-mula dicipta Allah mengikut hadis yang sahih

Sedangkan apa yang diketahui daripada kitab-kitab hadis yang sahih dan muktabar, yang mula-mula sekali dicipta oleh Allah SWT ialah Qalam. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud daripada Ubadah bin As Samit daripada Nabi s.a.w., “Sesungguhnya perkara yang mula-mula sekali dicipta oleh Allah ialah Qalam. Maka Allah berfirman kepadanya, “Tulislah!” Iapun berkata, “Wahai Tuhan! Apakah yang perlu saya tulis?” Allah SWT bersabda, “Tulislah takdir segala sesuatu sehingga kiamat.”

Di dalam riwayat Muslim disebutkan bahawa yang mula-mula diciptakan oleh Allah ialah `Arasy. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis takdir sekelian makhluk sebelum ia mencipta langit dan bumi selama 50,000 tahun. Ketika itu arasyNya telahpun berada di atas air”.

Di sini jelas menunjukkan bahawa kejadian arasy dan air adalah terdahulu daripada kejadian pen, tetapi yang mana satu daripada arasy dan air ini pula terdahulu diciptakan? Berdasarkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi dan dihukum sahih olehnya dari hadits Abi Razin Al’Uqaili secara marfu’ tersebut bahawa air telah diciptakan terlebih dahulu daripada arasy. Hafidz Ibn Hajar di dalam Fathul Baari j.6 ms. 289 juga mentarjihkan hadis ini.

Kebanyakan ulamak mengatakan terdahulunya pen itu dalam penciptaannya adalah merupakan “awwaliah idhafiah” atau “terdahulu nisbi” sementara terdahulunya arasy dan air itu adalah terdahulu “awwaliah haqiqiah” maksudnya “terdahulu sebenar”.

Sementara hadis yang dikatakan menyebutkan bahawa kejadian yang pertama sekali ialah Nur Muhammad pula merupakan sesuatu yang tidak berasal dan tidak sabit daripada Rasulullah s.a.w.. Hafidz Ibn Taimiah dan Ibn Katsir menyatakan, “Semua hadis-hadis yang menyatakan demikian adalah palsu dan diada-adakan dengan ittifaq ahli ilmu hadis”. -lihat Al Aatsaru Al Marfu’ah muka surat 23. Demikian juga kata Abu Hasan Ali bin Muhammad Al Kinani dan Imam Zahabi – lihat Tanzihu As Syari’ah Al Maarfu’ah.



Kedudukan ‘Hadis’ tentang Nur Muhammad



Ada dikatakan hadis tentang Nur Muhammad telah dikemukakan oleh Abdul Razak bin Hamam dalam “Musannaf”nya padahal hadis itu tidak terdapat dalam kitab tersebut menurut perhatian penulis terhadap kitab Musannaf cetakan Al Maktabu Al Islami, Beirut, dengan tahqiq oleh Allamah Al Muhaddits Habibur Rahman Al-A’zami.

Yang menghairankan ialah para ulamak yang lalu menyebutkan hadis ini terdapat di dalam Musannaf seperti apa yang disebutkan oleh pengarang sebuah kitab tasauf dalam bahasa Jawi iaitu “Ad Durun an Nafis” (muka surat 23) dan Sulaiman An Nadwi dalam “Seeratu an Nabi” (Jilid 3) tetapi Sulaiman Nadwi mengakui tidak berpeluang melihat kitab itu sendiri kerana kitab itu tidak dicetak di India pada ketika itu.

Sementara Anwar Shah Kasymiri pula menyatakan hadis itu telah dikemukakan oleh Hakim dalam Mustadraknya tetapi apabila diteliti tidak terdapat pun hadis itu di dalam Mustadrak, yang ada hanyalah hadis tentang Qalam sebagai sesuatu yang mula-mula dijadikan oleh Allah bukannya Nur Muhammad. Tidaklah dapat dipastikan samada ulamak-ulamak yang lalu itu hanya menukilkan riwayat dari nukilan dan kata-kata orang lain berdasarkan kepercayaan kepada orang itu tanpa melihatnya sendiri atau ada di antara mereka yang mendapati naskah “Musannaf” yang menyebutkan tentang Nur Muhammad itu.

Walaubagaimanapun daripada naskah yang tercetak dan tersebar hari ini, hadis itu memang tidak wujud. Apa yang didakwakan sebagai hadis Nur Muhammad yang terdapat di dalam kitab Musannaf itu mengikut sebagaimana yang dinukilkan oleh Ahmad Riza Khan Barelwi (Pengasas aliran Barelwi di India dan Pakistan) yang sesat itu di dalam kitabnya Solatu As Safa adalah sebagai berikut:

“Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Jabir, “Wahai Jabir! Sesungguhnya Allah Taala telah mencipta sebelum segala sesuatu Nur Nabimu daripada NurNya. Maka Nur itu mula berputar dengan kudrat Allah selama dikehendakiNya. Pada ketika itu belum ada lagi lauh dan qalam, syurga dan neraka. Belum juga ada malaikat, langit, matahari, bulan, jin dan manusia. Bila Allah hendak menjadikan makhluk, dibahagiNya Nur itu kepada empat bahagian. Daripada bahagian yang pertama dijadikan qalam, daripada bahagian yang kedua dijadikan lauh, daripada yang ketiga dijadikan arasy. Kemudian Dia membahagikan bahagian yang keempat kepada empat bahagian yang lain. Daripada bahagian yang pertama dijadikan langit, daripada bahagian kedua dijadikan bumi, daripada bahagian ketiga dijadikan syurga dan neraka kemudian yang keempat pula dibahagikan kepada empat bahagian ….” hingga ke akhir hadis.

Sebelum ini telah dinyatakan bahawa hadis ini tidak terdapat dalam “Musannaf” Abdul Razak. Kalau diandaikan hadis ini memang ada, maka ia perlu dinilai dan ditimbang dengan neraca ilmu hadis dan hasilnya tentu akan kita dapati bahawa ada beberapa perkara yang menghalang kita daripada menerima hadis ini untuk dijadikan sebagai alasan atau pegangan.

Pertama, perlu diteliti dan diketahui dengan sejelas-jelasnya siapakah Abdul Razak itu? Mengikut kebanyakan tokoh-tokoh hadis bahawa Abdul Razak adalah seorang Syiah Rafidhah. Setengah ulamak menganggapnya sebagai pembohong. Ulamak-ulamak hadis yang menerima riwayatnya pun mengemukakan beberapa syarat untuk diterima riwayatnya. Antaranya ialah:

1. Oleh kerana beliau seorang Syiah, mana-mana riwayatnya berhubung dengan fadhail dan manaqib tidak akan diterima.

2. Riwayat-riwayatnya yang menyentuh peribadi sahabat tidak akan diterima.

3. Oleh kerana Abdul Razak telah kehilangan akal pada tahun 210H, ketika itu sesiapa sahaja boleh menyatakan sesuatu daripada mulutnya tanpa kesedaran dirinya, oleh itu setiap riwayat yang dikemukakan selepas tahun 210H tidak boleh diterima.

4. Riwayat-riwayat yang dinukilkan oleh anak saudaranya yang bernama Ahmad bin Abdullah semuanya mungkar.

5. Dia terkenal dalam kesilapannya meriwayatkan hadis-hadis Ma’mar sedangkan kebanyakan riwayat-riwayatnya adalah berpunca daripada Ma’mar.

6. Sekiranya hadis yang diriwayatkannya itu hadis yang muttasil dan setiap perawinya adalah orang tsiqah barulah boleh diterima riwayatnya.

Itupun bagi orang-orang yang menerima riwayatnya, sementara segolongan ulamak hadis pula langsung tidak mahu menerima riwayatnya oleh kerana beliau dikenali sebagai Syiah Rafidhah. Zaid bin Al Mubarak malah menyatakan Abdul Razak itu lebih pembohong daripada Waqidi. Ahmad bin Abi Khaitsamah berkata, “Saya mendengar Ibn Ma’in ketika diceritakan kepadanya bahawa Imam Ahmad berkata, “Ubaidullah bin Musa ditolak hadisnya kerana kefahaman Syiahnya “Maka Ibn Ma’in berkata, “Demi Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Dia, Abdul Razak lebih melampau 100 kali ganda daripada Ubaidullah dalam perkara ini “(Az Zahabi-Mizanu Al-I’tidal jilid 2 muka surat 611)

Bagaimanapun pendapat kebanyakan ulamak hadis tentang Abdul Razak ialah, beliau adalah seorang Syiah Tafdhiliah dan boleh diterima riwayat-riwayatnya dengan syarat-syarat yang telah disebutkan tadi.

Kedua, perlu juga dilihat kedudukan kitab Musannaf itu di antara kitab-kitab hadis yang lain dan menurut Syah Abdul Aziz bahawa kitab-kitab hadis itu terbahagi kepada empat peringkat. Termasuk di dalam peringkat yang pertama tiga buah kitab iaitu Muwattha’ Imam Malik, Sahih Al Bukhari dan Sahih Muslim. Termasuk di dalam peringkat yang kedua ialah kitab-kitab seperti Jami’ Tirmidzi, Sunan Abi Daud dan Sunan Nasa’i. Di dalam peringkat yang ketiga pula termasuk kitab-kitab hadis yang memuatkan hadis-hadis sahih, hasan, dhaif, ma’ruf, gharib, syaz, mungkar, khatha’ dan shawab (salah dan betul) sabit dan maqlub. Kitab-kitab yang termasuk dalam peringkat yang ketiga ini tidaklah sampai kepada kemasyhuran yang begitu tinggi di kalangan ulamak. Walaupun tidak semua hadis-hadisnya boleh dinamakan mungkar, para fuqaha tidak banyak menggunakan hadis-hadis daripada kitab-kitab ini yang mutafarrid (hadis yang hanya tersebut di dalam salah satu daripada kitab-kitab ini)

Termasuk di dalam peringkat ini ialah kitab-kitab seperti Musnad Imam Syafi’e, Sunan Ibn Majah, Musnad Ad Daarimi, Musnad Abi Ya’la, Musannaf Abdul Razak dan lain-lain. Termasuk di dalam peringkat keempat pula kitab-kitab hadis yang hanya memuatkan hadis-hadis dhaif dan maudhu’ seperti Kitabu Ad Dhu’afa’ karangan Ibn Hibban, Kitabu Ad Dhu’afa’ karangan `Uqaili dan lain-lain.

Daripada keterangan di atas dapat dilihat bahawa Musannaf Abdul Razak itu termasuk daripada kitab-kitab hadis dari peringkat ketiga. Riwayat-riwayatnya tidak boleh diterima secara mutlak tanpa memeriksa dan menilainya terlebih dahulu.

Sesetengah ulamak misalnya Maulana Habibur Rahman Kandahlavi seorang tokoh hadis di Pakistan menyatakan kepalsuan hadis ini ditinjau dari sudut dirayah. Begini katanya “Hadis ini menyatakan bahawa Nur Muhammad telah dicipta oleh Allah dari NurNya. Kemudian daripada Nur Muhammad itu diciptakan sekelian makhluk lain, seolah-olahnya Allah telah terbahagi kepada juzuk-juzuk dan jisim yang tidak berkesudahan buat selama-lamanya. Ini bermakna setiap sesuatu dalam alam semesta ini merupakan satu juzuk daripada Allah dan setiap sesuatu darinya mempunyai unsur ketuhanan. Tiada lagi yang sunyi dari unsur ini. Dalam keadaan ini jika ada seseorang yang mendakwa sebagai Tuhan atau berkata, “Dalam keadaan ini jika ada seseorang yang mendakwa sebagai Tuhan atau berkata, “Anal haq” “Ana Rabbukumul a’la” mungkin juga dari satu sudut ada kebenarannya.

Ketika itu perbezaan antara khaliq dan makhluk, ‘abid dan ma’bud dan malik dan mamluk yang ditekankan dengan sejelas-jelasnya dalam Al-Quran sudah tidak bererti lagi. Inilah sebenarnya asas kepada faham “Wahdatul Wujud” atau “Serba dia” yang sesat itu yang menganggap segala sesuatu sebenarnya Dia (Tuhan).

Kalau dikatakan pula juzuk-juzuk yang terpisah dari Allah itu akan fana bermakna Allah juga akan fana dan kalau dikatakan pula bahawa juzuk-juzuk itu tidak akan fana tetapi sebaliknya akan bergabung kembali dengan zat Allah yang merupakan puncanya maka tidak ada perbezaan pula dengan kepercayaan orang-orang Kristian terhadap Nabi Isa dan fahaman yang seperti inilah asas kepada Trinity. Tetapi orang-orang Kristian menghadkan pecahan Tuhan kepada tiga sahaja. Golongan ini pula telah memasukkan sekelian makhluk dalam lingkungan ketuhanan.

Seandainya kita menerima satu juzuk daripada zat ini telah terpisah dari zat Allah maka ia akan membawa kepada dua keadaan: Pertama: Sesuatu yang boleh dibahagikan kepada beberapa juzuk adalah jisim dan akan musnah. Ini membawa kepada Allah dipercayai berjisim dan akan musnah. Kedua: Bila dianggap satu juzuk daripada Allah telah terpisah daripadaNya, maka ia bermakna sudah pasti berlaku kekurangan pada zat Allah.



Tujuan sebenar mengapa konsep Nur Muhammad diketengahkan



Pengamatan secara logik terhadap riwayat-riwayat ini sebenarnya akan membawa kita kepada satu natijah bahawa riwayat-riwayat yang seperti ini merupakan “tabarra” (pernyataan rasa benci) terhadap Allah Taala. Perkara yang seperti ini tidak hairan jika datangnya daripada seorang Syiah. Yang paling menghairankan ialah bagaimana ramai daripada ulamak-ulamak Islam terpedaya dengannya sehingga menganggapnya sebagai suatu keistimewaan Rasulullah pula.

Anggapan bahawa Allah adalah Nur adalah salah kerana Nur adalah makhluk Allah. Makhluk dan Khaliq adalah berlainan. Kalau tidak akan lahirlah aqidah “Wahdatul Wujud” tadi. Dalam Al Quran dapat kita lihat sekian banyak ayat yang menunjukkan Nur sebagai makhluk, contohnya:

1. “Dia telah menjadikan kegelapan dan cahaya” (Surah Al An’am: 1)

2. “Kami telah jadikan untuk manusia nur (cahaya) yang mana dia membawanya di kalangan manusia” (Surah Al An’am: 122)

3. “Sesiapa yang Allah tidak menjadikan untuknya nur (cahaya), dari manakah akan diperolehinya nur?” (Surah An Nur: 40)



Perlu diingat bahawa “ja’il” dan “ma’jul” yakni yang menjadikan dan yang dijadikan itu tidak mungkin sama kerana “ja’il” bererti yang mencipta sedangkan “ma’jul” bermakna yang diciptakan atau makhluk sedangkan pencipta dan yang dicipta, pembuat dan yang dibuat mustahil sama. Ramai juga orang terkeliru apabila membaca firman Allah yang berbunyi, “Allah adalah nur langit-langit dan bumi”. Orang-orang awam mungkin sekali terpedaya dengan ayat-ayat yang seperti ini tetapi amat dikesali sekiranya alim ulamak terpedaya dengannya kerana dalam bahasa Arab nur adalah “masdar” dan “masdar” ada kalanya memberi makna “masdari”, ada kalanya memberi makna maf’ul dan ada kalanya memberi makna “fa’il”. Kerana itulah ahli-ahli tafsir yang muktabar mentafsirkan ayat ini dengan mengatakan, “Allahu munawwiru assamaawaati wal ardh (Allah yang menyinari langit-langit dan bumi)”

Jika Allah bukan Nur maka sudah tentu tidak timbul lagi persoalan kejadian sesuatu daripada NurNya. Sekiranya Nur Muhammad itu benar-benar diciptakan daripada Nur, apakah halangannya kepada Allah untuk menyatakan dengan terus terang bahawa Dia menjadikan nabi Muhammad daripada Nur sebagaimana dijadikan Malaikat? Masalahnya apabila dikatakan asal kejadian manusia itu daripada nur maka ia akan bertentangan dengan ayat Allah yang lain yang bermaksud, “ kami telah menciptakan manusia daripada tanah ……”

Bagaimanapun itu adalah pendapat Maulana Habibur Rahman yang mungkin sebahagian daripada komentarnya itu boleh dipertikaikan atau ditakwilkan. Misalnya dengan mengatakan, “Memang Allah itu Nur tetapi bukan seperti Nur yang lain seperti mana yang dinyatakan Allah mempunyai tangan (di dalam al-Quran) tetapi bukan seperti tangan makhluk. Begitu juga Allah mempunyai mata tetapi bukan seperti mata makhluk. Apa yang hendak dinyatakan ialah nur itu ialah salah satu daripada nama sifat tuhan dan ini diterima oleh semua.

Yang dimaksudkan dengan menjadikan nur NabiNya daripada nurNya bukanlah bermakna menjadikan Nur Muhammad daripada sebahagian nur Tuhan yakni dengan memakai “min li attab ‘idh” dengan erti sebahagian atau satu juzuk daripada Nur Tuhan”. Tidakkah boleh juga dipakai “min” itu dengan erti “ibtida’iah” bermakna kejadian Nur Muhammad itu berpunca daripada sifat nur Allah seperti dalam Al Quran Allah menyebutkan tentang kejadian Nabi Adam bermaksud, “Bila Aku menyempurnakan kejadiannya (Adam) dan meniupkan ke dalamnya “min ruhi” (daripada ruhKu) “Di sini tidak bermakna ruh Nabi Adam itu dijadikan daripada sebahagian ruh Allah dengan memakai “min li attab’idh” tetapi semua ulamak mengatakan bahawa ruh Nabi Adam itu adalah daripada kejadian Allah swt yakni Allah yang menjadikan ruh dan meniupkannya ke dalam tubuh Nabi Adam. Ini bererti persamaan yang terdapat pada perkataan nur atau ruh itu adalah persamaan pada lafaz sahaja bukannya persamaan sifat hakikat itu seperti sifat Tuhan Al-Malik yang bererti raja, apakah Raja yang terdapat di dunia ini boleh disamakan dengan Allah yang bersifat Al-Malik itu kerana ia seorang Raja, dan ia dikatakan “Al Malik dikalangan manusia? Tentu sekali tidak.!

Bagaimanapun perkara ini mengelirukan sehingga ada sesetengah ulamak yang menyimpulkan begitu. Sebagai contohnya Maulana Habibur Rahman kerana realiti yang dihadapi oleh beliau daripada kepercayaan dan gelagat-gelagat golongan barelwi yang terdapat di India dan Pakistan dengan jelas menyatakan nur Muhammad itu adalah sebahagian daripada Nur Tuhan sebagaimana yang terdapat dalam serangkap syair dalam bahasa Urdu oleh salah seorang tokoh Barelwi begini bunyinya:

“Vohi jo mustavi arasy tha khudha ho kar”

Utar para Madina mei Mustafa ho kar”

Bermaksud:

“Dialah yang telah bersemanyam di atas arasy sebagai Tuhan

Turun ke Madinah sebagai Mustafa (Muhammad)”

Bukankah penyelewengan yang seperti ini berpunca daripada pentafsiran tentang Nur Muhammad yang dikatakan berasal daripada hadis itu?.

Memanglah tidak sia-sia takwilan yang telah dikemukakan tadi kalau sekiranya ia dikemukakan untuk menyelesaikan kemusykilan yang timbul daripada hadis yang sahih tetapi setelah jelas hadits itu bukan sahih bahkan ia adalah hadis yang maudhu’, tidak perlu lagi kepada takwilan yang seperti itu. Apalagi ia membuka pintu kepada golongan-golongan yang menyeleweng yang membawa fahaman “Wahdatul Wajud” (Serba Dia) atau aqidah Triniti dan sebagainya.

Untuk diterima Nabi Muhammad merupakan Nur dalam pengertian majazi (bahasa pinjaman) tidaklah ditolak oleh semua ulamak. Memanglah Nabi Muhammad mempunyai sifat seperti cahaya yang menyinari kegelapan kekufuran. Kalau terdapat ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan Nabi Muhammad sebagai Nur maka ia mengisyaratkan kepada erti yang seperti ini. Sama sekali ia tidak menunjukkan Nabi Muhammad berasal daripada Nur seperti kejadian malaikat umpamanya. Dalam pengertian majazi ini Nur tidak dikhususkan untuk Nabi Muhammad sahaja bahkan Nur juga dipakai dengan erti ugama Islam, Al Quran dan lain-lain lagi.

Sebenarnya riwayat-riwayat yang seperti ini adalah rekaan orang-orang Syiah dengan tujuan meratakan jalan untuk konsep “Panjthan” dalam ajarannya yang mengatakan bahwa Nur itu berpecah kepada lima iaitu Nabi Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Mereka berharap apabila ummat Islam bersedia menelan sebiji ubat pahit ini, maka mereka akan terus bersedia menelan biji-biji ubat yang lebih pahit daripada itu. Kerana itulah dapat kita lihat di dalam tafsir-tafsir Al-Kalbi dan ahli-ahli seerah yang terpedaya dengannya, bahawa Nur itu berpindah-pindah daripada Nabi Adam kepada Nabi Syith dan seterusnya kepada Abdul Mutalib. Selepas Abdul Mutalib Nur itu berpecah kepada dua, Yang pertama pergi kepada Abdullah ayahanda Nabi kita Muhammad saw. Dan yang kedua pergi kepada Abdu Manaf atau Abu Talib iaitu ayah kepada Sayyidina Ali.

Kenyataan ini tersebut dalam kitab-kitab Syiah seperti “Ilaalu As Syarai” jilid 1 muka surat 159 karangan Ibn Babwaih dan “Khitabu Al Khisal” jilid 1 muka surat 189 oleh pengarang yang sama.

Daripada Abdullah, Nur itu diterima oleh Nabi kita, daripada Abdu Manaf ia diterima oleh Sayyidina Ali. Kerana itulah mereka memanggil Nabi sebagai “Imamul Anbiya” dan Sayyidina Ali sebagai “Imamul Auliya”.

Riwayat ini dengan terang menyatakan bahawa Sayyidina Ali mempunyai kesamaan darjat dengan Rasulullah s.a.w. Keistimewaan yang diperolehinya bukanlah melalui Nabi tetapi melalui kejadian semulajadinya. Kerana itulah Baqir Al Majlisi dalam “Jilaau Al ‘Uyun” meriwayatkan bahawa di hari pertma kelahirannya lagi Sayyidina Ali telah bercakap. Dia bertanya Nabi s.a.w., “Adakah engkau mengenali diriku?” Nabi s.a.w menjawab, “Ya”. Kemudian Nabi saw bertanya Sayyidina Ali begitu juga dan Sayyidina Ali juga menjawab, “Ya” hari ini dinamakan hari “Arfah” iaitu “Hari Perkenalan”.

Tujuan mereka mengadakan riwayat yang seperti ini ialah untuk mengemukakan jalan Wilayah dan Imamah yang beriringan dengan jalan Nubuwwah dan Risalah. Tidak hairanlah jika dilihat dalam silsilah-silsilah tarekat tasauf yang berusaha mendapatkan maqam kewalian, mempunyai perkaitan dan perhubungan dengan Sayyidina Ali. Semuanya berakhir dan berhenti silsilahnya pada Sayyidina Ali yang merupakan Imamul auliya’ seolah-olahnya tidak ada sahabat-sahabat yang lain yang merupakan jalan untuk sampai kepada maqam kewalian itu selain daripada Sayyidina Ali. Bukankah ini merupakan suatu kesan daripada memecahkan Nur Muhammad kepada Abdullah dan Abu Talib tadi?.

Ibn Saad, Thabarani , Abu Nu’aim, Bazzar dan lain-lain telah menukilkan satu riwayat ketika mentafsirkan ayat yang bermaksud, “Dia melihat engkau ketika engkau berdiri dan berbolak balik di kalangan orang-orang yang sujud”, bahawa ayat ini bermaksud, “Bahawa Rasulullah s.a.w. dalam perpindahannya dalam sulbi para Nabi bermula daripada Adam sampailah kepada kemunculannya dilihat oleh Allah”, padahal “siaq” (ayat berikut) dan “sibaq” (ayat sebelum) ayat ini langsung tidak menyokong tafsiran yang dikemukakan malah riwayat ini adalah palsu kerana ia telah dinukilan oleh Al Kalbi daripada Ibn Abbas, sedangkan anak-anak murid Ibn Abbas seperti Mujahid, Ikrimah, Qatadah dan lain-lain pula tidak mengemukakan tafsiran seperti ini bahkan mereka semua menyatakan, “Yang dimaksudkan dengan “berbolak balik engkau itu” ialah “qiam dan sujud engkau dalam sembahyang bersama sahabat”.

Selain dari itu dakwaan Nur Muhammad itu berpindah dari seorang nabi kepada seorang nabi yang lain terus menerus sampailah kepada Nabi Muhammad adalah sesuatu yang salah kerana berapa orangkah daripada anak cucu Nabi Ismail selain daripada Rasulullah saw yang telah dilantik menjadi Nabi?. Begitu juga berapa orangkah yang dilantik menjadi Nabi daripada anak cucu Nabi Nuh hingga kepada Nabi Ibrahim? Sebenarnya dakwaan ini tidak berasas sama sekali.

Kalau dimaksudkan perpindahan Nur Muhammad itu adalah di kalangan nenek moyang Nabi, maka itu bercanggah dengan kenyataan kerana ramai sekali di antara nenek moyang Nabi kita terdiri dari orang musyrik dan penyembah berhala dan inilah pegangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Untuk menyembunyikan satu dusta kadang-kadang manusia itu terpaksa mengada-adakan sesuatu yang tiada atau terpaksa berdusta beratus-ratus kali. Oleh kerana Syiah telah menetapkan bahawa kesemua nenek moyang Rasulullah s.a.w. adalah berugama Islam, terpaksalah mereka mengada-adakan sekian banyak hadis palsu yang lain sepertimana dapat dilihat dalam hadis-hadis yang menyatakan perpindahan Nur Muhammad daripada seorang nabi kepada seorang nabi yang lain, dari Adam dan berakhir pada Abdul Mutalib, dari Abdul Mutalib itu Nur Muhammad tadi berpecah dua, satu pergi kepada Abdullah ayah Nabi kita dan satu lagi pergi kepada Abdu Manaf iaitu Abu Talib, ayah kepada Sayyidina Ali.

Tujuan mereka ialah meletakkan Sayyidina Ali sejajar dengan Rasulullah s.a.w. dan tidak kurang daripada Nabi s.a.w. Kalau Nabi merupakan Sayyidul Anbiya’ maka Sayyidina Ali pula merupakan Imamul Auliya’. Sementara Imam Wali dan Wasi pula bagi mereka (golongan Syiah) adalah satu pangkat yang sebenarnya tidak kurang daripada pangkat kenabian kerana terdapat segala ciri kenabian padanya seperti dilantik oleh Allah; wajib ditaati, terpelihara daripada dosa-dosa, didatangi oleh malaikat yang lebih agung daripada Jibril dan Mikail, cuma ia tidak dinamakan “Nabi” sahaja. Dari sini dapat kita lihat bahawa kejadian Nur Muhammad itu bertitik tolak juga daripada ajaran Syiah.

Jika dilihat daripada konsep “Panjthan” oleh Syiah iaitu lima peribadi istimewa iaitu Nabi Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, kita dapati bahawa konsep Nur Muhammad ini betul-betul berpunca daripada Syiah misalnya daripada satu riwayat Syiah yang diambil daripada Sayyidina Ali daripada Rasulullah s.a.w., sabdanya, “Sesungguhnya aku dan Ahli Baitku merupakan Nur di hadapan Allah Tabarakwatala sebelum Dia menjadikan Adam selama 14,000 tahun” - Al Ihtijaj jilid 1 muka surat 212 karangan At Thabarsi. Dalam satu riwayat yang lain disebutkan” …… 7,000 tahun sebelum kejadian Adam” – Iiaau As Syara’ jilid 1 muka surat 208 karangan Ibn Babwaih. Dalam riwayat yang ketiga tersbut “Aku dan Ali diciptakan dalam satu nur 2,000 tahun sebelum Allah menjadikan Adam” – (ibid) jilid 1 muka surat 134.



7. Sanggahan terhadap konsep Nur Muhammad

Sementara itu jika dilihat di dalam riwayat yang mula-mula dikemukakan dalam maqalah ini tersebut bahawa daripada Nur Muhammad dijadikan Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali, bagaimana ini boleh berlaku sedangkan dalam riwayat-riwayat Syiah semua ini tidak ada? Mungkin juga ada orang Ahlus Sunnah yang jahil telah berusaha menandingi riwayat yang direka oleh Syiah itu dengan mereka hadits Nur Muhammad yang berpecah kepada Sayyidina Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali untuk membuktikan bahawa mereka itu juga tidak kurang daripada Ali atau mungkin juga riwayat inipun direka oleh Syiah atas nama Ahlus Sunnah untuk menunjukkan bahawa ahlus sunnah juga tidak berbeza dengan mereka dalam konsep asal Nur Muhammad itu sendiri. Yakni Ahlus Sunnah juga menerima kewujudan Nur Muhammad sebagai makhluk yang pertama lahirnya daripada Tuhan seperti yang dipercayai oleh Syiah?.

1. Nur Muhammad itu begitu istimewa sehingga diriwayatkan bahawa seramai 200 orang perempuan Bani Abdul Manaf dan Qabilah Makhzum telah mati kerana tergila-gilakan Abdullah ayahanda Nabi Muhammad saw. Mereka mati dalam keadaan membujang dan tidak ada seorangpun daripada perempuan Quraisy yang tidak jatuh sakit kerana kecewa tidak dapat menjadi isteri Abdullah. Yang menjadi persoalan kepada kita ialah, “Bolehkah ahli-ahli kisah Maulud Nabi mengemukakan senarai nama 200 orang daripada Bani Abdu Manaf dan Bani Makhzum yang dikatakan telah mati kerana tidak dapat menjadi isteri Abdullah.

2. Bolehkah mereka menemukakan nama-nama hanya 10 orang perempuan Bani Makhzum dan Bani Abdu Manaf yang tidak berkahwin sepanjang hidupnya itu?.

3. Kenapakah ramai anak-anak gadis dan perempuan daripada kedua-dua keluarga ini sahaja yang kecewa kerana tidak dapat berkahwin dengan Abdullah? Kenapa pula perempuan dari Bani Zuhrah, Bani Jumah, Bani Asad, Bani Khuwailid, Bani Taim, Bani Adiy dan Bani Ghalib tidak pula mengalami kekecewaan yang seperti itu?.

4. Mungkin juga Walid bin Mughirah, Abu Jahal dan lain-lain memusuhi Nabi kerana membalas dendam di atas kematian ibu-ibu dan anak-anak gadis mereka yang telah terkorban kerana tidak terpilih sebagai isteri Abdullah!.

5. Salah seorang anak Abdul Manaf bernama Hasyim dan anak-anak cucu Hasyim dinamakan Bani Hasyim. Bolehkah ahli-ahli kisah Maulud Nabi menceritakan berapa ramaikah agaknya anak-anak gadis atau perempuan-perempuan daripada Bani Hasyim yang telah mati atau terus membujang kerana kecewa untuk menjadi isteri Abdullah?.

6. Kalaulah diterima kisah itu maka ia bererti malam perkahwinan Abdullah dan Aminah merupakan malam perkabungan bagi penduduk Mekah! Agaknya mereka juga berkabung seperti orang-orang yang berkabung pada 10 Muharram dan menyatakan “tabarra” terhadap Abdullah. Apakah perkara ini sebenarnya boleh ditonjolkan sebagai keutamaan Nabi? Atau ia sebenarnya merupakan “tabarra” dalam bentuk yang sangat cantik terhadap Nabi dan ayahandanya Abdullah?.

Dalam riwayat-riawayat tersebut bahawa Nur Muhammad itu sampai kepada Abdul Mutalib ketika beliau sedang tidur di dalam Ka’bah pada waktu siang. Sebaik sahaja terjaga matanya kelihatan bercelak, rambutnya kelihatan berminyak, wajah dan tubuhnya kembali menjadi muda belia. Abdul Mutalib terkejut dengan keadaannya sendiri. Maka ia dibawa oleh ayahnya mengadap seorang tukang tenung dari kalangan Quraisy. Berkata tukang tenung itu, “Allah telah mengizinkan agar anak ini dikahwinkan”.

Nur Muhammad di dalam diri Abdul Mutalib telah menyebabkan tubuhnya wangi seperti kasturi. Apabila orang-orang Quraisy ditimpa kesusahan dan lain-lain mala petaka mereka menjadikan Nur Muhammad itu sebagai wasilahnya agar doa mereka diterima. Riwayat ini dikemukakan oleh Abu Saad Naisaburi wafat 307H di dalam kitab Syarafu Al Mustaffa melalui sanad Abu Bakr bin Abi Maryam daripada Ka’ab Al Ahbar seorang muallaf yang berasal Yahudi dari kalangan tabii.

Pertama sekali perlu dilihat bahawa silsilah riwayat ini terhenti pada seorang tabi’i, tidak tersebut pula sanad di atasnya. Walaupun Kaab Al Ahbar dianggap sebagai yang terbaik di antara muallaf Yahudi namun Imam Bukhari mengatakan dia pembohong . Dialah yang merupakan punca dan sebab utama bagi riwayat-riwayat Israiliat yang ganjil dan pelik.

Sementara perawi di tengahnya ialah Abu Bakr bin Abi Maryam. Beliau dengan ittifaq tokoh-tokoh hadis merupakan seorang perawi yang dhaif. Kerana satu kemalangan yang menimpanya, fikirannya jadi tak tentu hala. Selain itu Ka’ab Al Ahbar telah mati di zaman Sayyidina Utsman yakni sebelum tahun 35H sedangkan Abu Bakr bin Abi Maryam pula wafat pada tahun 156H. Abu Bakr bin Abi Maryam adalah seorang ‘abid dan zahid. Walaubagaimanapun riwayat-riwayatnya tidak diterima oleh ulamak-ulamak hadis. Bagaimana ia boleh menerima sebarang riwayat daripada Ka’ab yang telah begitu lama meninggal sebelum daripadanya?.

Nama asal Abdul Mutalib ialah Syaibah. Ayahnya Hashim telah pergi ke Syam untuk tujuan perniagaan. Dalam perjalanan ia berhenti di Madinah. Di sana ia telah terpikat dengan seorang gadis bernama Salma dari Banu Najjar dan berkahwin dengannya. Setelah beberapa hari bersamanya Hasyim berangkat ke Syam dan semasa pulang dari Syam Hasyim telah meninggal dunia dalam perjalanannya di Ghaza. Tetapi Salma sudahpun mengandung pada ketika itu. Bila ia melahirkan anak didapati rambut anaknya itu beruban, lalu diberi namanya a”Syaibah”. Ia dipelihara di Madinah selama 8 tahun. Apabila saudara Hasyim yang bernama Muttalib mendapat tahu ia terus pergi ke Madinah dan membawa pulang anak itu bersamanya ke Mekah. Oleh kerana anak itu dididik dan dipelihara oleh Muttalib, orang ramai mula memanggilnya dengan “Abdul Muttalib”.

Yang menjadi persoalannya ialah ayah Abdul Muttalib itu meninggal dunia sebelum kelahirannya lagi, adakah setelah mati selama 15 atau 16 tahun ayahnya hidup kembali untuk membawanya pergi bertemu dengan seorang tukang tenung Quraisy? Ini dengan jelas menunjukkan Ka’ab Al Ahbar itu adalah pendusta sepertimana yang dinyatakan oleh Imam Bukhari, ia tidak mengetahui sejarah hidup orang Mekah atau mungkin juga kisah ini merupakan hasil fikiran Abu Bakr bin Maryam yang sudah tak tentu hala itu?.

Daripada kisah ini dapat diketahui beberapa perkara:

1. Menjadikan Nur Muhammad sebagai wasilah itu sebenarnya sunnah orang-orang kafir Mekah.

2. Nur Muhammad itu berpindah daripada seorang kepada seorang yang lain apabila ia menjadi remaja. Jangan-jangan “Nur keremajaan” itu pula yang dipercayai sebagai Nur Muhammad!.

3. Orang-orang yang telah dipilih menerima Nur Muhammad dari satu generasi kepada satu generasi yang lain rupanya tidak berkahwin melainkan dengan kebenaran Allah dan cara untuk mengetahui keizinan Allah itu ialah dengan mengadu nasib kepada tukang tenung.

Ada pula riwayat yang menyebutkan bahawa bila Nur Muhammad itu bersinar-sinar di dahi Abdullah maka ia dikenali dan dicam oleh seorang tukang tenung perempuan. Dia mengajak Abdullah untuk tidur bersamanya dengan harapan Nur itu akan berpindah kepadanya. Tetapi bukan dia yang bertuah mendapatkan Nur itu kerana Abdullah enggan mengikutinya dan terus pulang ke rumah. Di rumahnya ibunda Nabi s.a.w. telah dipilih Allah sebagai pewaris Nur Muhammad itu.

Setelah Nur Muhammad itu berpindah kepada Aminah, Abdullah datang semula kepada tukang tenung itu dan memintanya untuk bersama tetapi tukang tenung perempuan itu pula yang menolak dengan alasan “Nur yang berkilau di dahimu sebelum ini telahpun berpindah ke lain. Riwayat ini dengan perincian dan lafaz yang berbeza-beza dikemukakan oleh Ibn Saad, Kharaiti, Ibn Asakir, Baihaqi dan Abu Nu’aim di dalam “Dalail” masing-masing.

Ibn Saad dalam “Tabaqat”nya telah mengemukakan riwayat ini melalui tiga jalan. Jalan yang pertama terdapat padanya Waqidi sebagai perawi yang pertama dan di dalam riwayat yang kedua terdapat Al Kalbi. Kedua-dua mereka ini terkenal sebagai pendusta. Sementara jalan riwayat yang ketiga pula berhenti pada Abu Yazid Al Madani seorang tabii, ertinya perawi di atasnya tidak diketahui. Abu Yazid Al Madani ini walaupun telah ditausiqkan oleh sebahagian tokoh-tokoh hadis tetapi Syeikhul Kul di Madinah Imam Malik berkata, “Aku tidak mengenalinya” Abu Zurah pula berkata, “Saya tidak tahu tentangnya”.

Abu Nu’aim pula mengemukakan riwayat ini melalui empat jalan tetapi tidak ada satupun daripada sanad-sanadnya boleh dipegang kerana di dalam sanad-sanadnya boleh dipegang kerana di dalam sanad yang pertama terdapat Nadhar bin Salamah, Ahmad bin Muhammad dan Abdul Aziz bin Amar Az Zuhri. Ketiga-tiga mereka ini adalah orang yang tidak diterima oleh tokoh-tokoh ilmu rijal hadis.

Dalam sanad yang kedua terdapat Muslim bin Khalid Az Zinji dan dia dianggap sebagai perawi yang dhaif. Selainnya terdapat beberapa perawi yang “majhul” (tidak diketahui latar belakangnya).

Sanad yang ketiga pula terhenti pada Yazid bin Syihab Az Zuhri. Dia tidak menyatakan silsilah sanad di atasnya dan keadaannya sendiripun tidak diketahui. Sanad Baihaqi tidak lain daripada sanad yang ketiga yang dikemukakan oleh Abu Nuaim tadi. Adapun sanad oleh Kharaaithi dan Ibn Asakir pula adalah sanad yang tidak muktabar.

Dalam kenyataan yang ringkas ini tidaklah penulis bercadang untuk memperincikan setiap perawi yang merupakan mata rantai sanad-sanad riwayat ini. Cukuplah dengan disebutkan bahawa perawinya adalah orang-orang yang tidak boleh diterima periwayatannya. Apa yang perlu diteliti oleh kita ialah sudut dirayahnya yang secara terang-terang menunjukkan kepalsuannya kerana ia menunjukkan ayahanda Nabi kita Muhammad saw sebagai seorang yang bermata keranjang dan jahat. Apabila ia menyatakan bahawa kerana sesuatu sebab Abdullah telah menolak ajakan tukang tenung perempuan yang juga pelacur itu tetapi kemudiannya dia sendiri yang mencari perempuan itu untuk digaulinya, perkara ini sahaja sudah cukup untuk kita menentukan sama ada riwayat ini sebenarnya menyatakan kelebihan Nabi atau ia merupakan satu bentuk tabarra terhadap ayah Nabi saw dan menampilkannya sebaga seorang yang jahat?.

8. Kesimpulan:

Daripada perbincangan yang lalu dapat disimpulkan beberapa perkara:

Hadits-hadits yang berhubung dengan Nur Muhammad tidak ada satupun yang sahih, bahkan tidak ada satupun yang dhaif.

Riwayat-riwayat tentang Nur Muhammad sebagai kejadian yang pertama diciptakan bertentangan dengan hadis-hadis yang sahih yang menyatakan arasy dan qalam sebagai kejadian yang pertama.

Kejadian manusia bukanlah daripada Nur seperti kejadian malaikat tetapi ia dijadikan daripada tanah.

Ada beberapa hadis sahih yang menyatakan Nabi saw berdoa meminta supaya Allah menjadikannya Nur. Bermaksud: “Ya Allah! Jadikanlah aku Nur” Apa ertinya Nabi meminta supaya dijadikannya cahaya kalau baginda sememangnya berasal daripada cahaya?

Hadis-hadis tentang Nur Muhammad sebenarnya merupakan rekaan orang-orang Syiah sebagaimana yang dapat dilihat dengan jelas di dalam kitab-kitab mereka.

Hadis tentang Nur Muhammad adalah direka untuk membuka jalan untuk diterima konsep “Nur Panjthan”.

Perkataan “Nur” yang disandarkan kepada Nabi adalah dengan ertinya yang majazi (bahasa pinjaman) sebagaimana perkataan Nur juga secara majazi dipakai untuk ugama, Al Quran dan lain-lain.

Hadits-hadits atau riwayat yang menceritakan tentang Nur Muhammad itu banyak juga menampilkan unsur-unsur “tabarra” (pernyataan rasa benci dan dendam kesumat) terhadap Nabi saw dan ayahandanya.

Ia memuatkan banyak sekali peranan dan mitos daripada ugama dan budaya asing seperti Hindu dan lain-lain dalam merupakan Nur Muhammad sebagai rupa burung merak dan lain-lain rupa menurut kepercayaan mereka tentang tanasukh, awagaman atau inkarnasi.



10. Ia telah terbukti merupakan satu daripada beberapa faktor utama kesesatan golongan Barelwi, Ilmu Isi, Bathiniah dan lain-lain . Oleh yang demikian tidaklah wajar Nur Muhammad itu ditonjolkan sebagai suatu keistimewaan Nabi Muhammad s.a.w. malah sebaliknya kita ummat Islam semestinya menganggapnya sebagai satu penghinaan terhadap Nabi kita.

Sumber : http://www.darulkautsar.com/pemurnianaqidah/umum/nurmuhammad.htm

Kalimah ajaib?

SEND THIS KALIMAT TO 12 NICE PERSONS AND YOUR FINANCIAL POSITION IMPROVES WITHIN 12 HRS 100% GERNTI.MEMANG ANEH TAPI NYATA


Perkara ini adalah menyalahi syara’ dan HARAM disebarkan…


1. Mempercayai ada yang berkuasa selain Allah dalam memakbulkan hajat kita adalah menyimpang daripada aqidah Islam yang murni berdasarkan firman Allah: “….Hanya ALLAH tempat kita minta pertolongan…”


2. Sememangnya kita disuruh berusaha TETAPI janganlah usaha itu menyalahi syara’ (hukum Allah). contohnya: kita disuruh berusaha menghilangkan dahaga TETAPI janganlah berusaha dengan cara minum arak. Kita disuruh berusaha menghilangkan sakit TETAPI janganlah dengan cara menggunakan jin/ syaitan/jembalang. Kita disuruh berusaha mencarai rezeki TETAPI janganlah mencuri @ merompak @ peras ugut. Demikianlah dalah perkara ini, kita disuruh berusaha TETAPI bukan dengan cara MENSYIRIKKAN ALLAH.



3. Apa yang membimbangkan ialah kalimah “SEND THIS KALIMAT TO 12 NICE PERSONS AND YOUR FINANCIAL POSITION IMPROVES WITHIN 12 HRS 100% GERNTI.MEMANG ANEH TAPI NYATA……dah ada tuhan lain ke yang makbukan doa kita…

suatu kalimah yang membawa kepada fahaman ‘khurafat’ dan ‘syirik’.



4. Oleh itu , sila hentikan ‘kerja yang tidak berfaedah ini’. Jangan menyebarkan fahaman yang salah lagi songsang ini.



5. Jika ada yang mempercayai kata-kata tersebut, “Siapa yang sanggup menjawab di hadapan ALLAH Ta’ala”.

Firman Allah

“Dan janganlah kamu mengikut apa yang kamu sendiri tidak mempunyai pengetahuan mengenainya. Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati; semuanya akan ditanya tentang apa yang dilakukannnya.”

( Surah Al-Isra’: 36)



6. Sila ‘forward’kan e-mel ini kepada mereka yang saudara/saudari telah hantar attachment di bawah atau saudara/saudara akan menjawabnya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.



Sekian.



NOR RAIHAN BIN AZIZ

Imam BIMB

Jabatan Syariah.


Edited by ana.

Labels

 
My Diary of Life / Catatan ku. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.